Lakpesdam NU DIY Gelar Lokakarya Pemberdayaan Ekonomi Warga
NU Online · Ahad, 29 April 2007 | 07:25 WIB
Yogyakarta, NU Online
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU DIY Sabtu (28/4) kemarin menggelar lokakarya “Strategi Pengembangan Ekonomi berbasis Komunitas”. Lokakarya setengah hari ini di gelar di ruang Multi Sarana Asram dan di ikuti oleh 50 perserta dari lima kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ke-50 peserta ini merupakan pimpinan BMT dan Kopontren (koperasi pesantren) yang berada di bawah lingkungan NU dan pondok pesantren.
Direktur Lakpesdam M Najib menjelaskan bahwa ada tiga capaian yang diharapkan dari lokakarya ini. Pertama, mengidetifikasi problem dan tantangan pengemabangan ekonomi warga NU; kedua, mengindetifikasi kekuatan dan peluang terhadap upaya pengembangan ekonomi warga; dan ketiga, merumuskan strategi pengembangan ekonomi maayarakat NU berbasis kelompok.
&<>;nbsp;
Lokakarya ini menghandirkan tiga nara sumber dari kalangan akademisi dan praktisi. Yakni Mas’ud Mahfudz, guru besar UGM yang juga ketua tanfidziyah PWNU DIY, Hafidz Asram, pelaku bisnis yang juga anggota DPD dari DIY, dan Abdul Ghoffar, direktur BMT.
Perempuan dan Ekonomi
Sehari sebelumnya, di tempat yang sama Lakpesdam NU DIY juga menggelar diskusi “Perempuan dan Akses terhadap Sumberdaya Ekonomi politik”. Kegiatan ini merupkan hasil kerjasama antara Lakpesdam dengan IMAN (Ikhtiyar Madani Anak Negeri) Yogyakarta. Diskusi ini dihadiri oleh para aktivis perempuan dan juga beberapa politisi perempuan.
Diskusi ini di latar belakangi oleh kenyataan bahwa ketertinggalan kaum perempuan terhadap sumberdaya ekonomi politik masih sangat dirasakan. Meskipun gerakan kaum perempuan secara massif dilakukan dalam berbagai lini dan model gerakan.
“Meskipun emansipasi perempuan mulai nampak, namun membicarakan perempuan tiada habisnya. Kenyataan ini dapat dilihat banyak kaum perempuan yang meraih pendidikan tinggi namun akses terhadap sumberdaya ekonomi dan politik tetap didominasi oleh kaum laki-laki”, papar M Najib, direktur Lakpesdam saat membuka sesi diskusi ini.
Hadir dalam kesempatan ini Arie Sujiti, M.Si, Sosiolog muda UGM dan juga aktivis pada Institute For Research and Empowerment (IRE), Paramita Iswari, ketua KARSA (Lingkar Pembaharuan Desa dan Agraria), dan Choirotun Chisaan, staff peneliti Lakpesdam NU DIY.
Ketiga pembicara memberi paparan yang berbeda perspektif dalam menyoroti persoalan perempuan dan Ekonomi Politik. Paramita Iswari lebih menekankan bagaimana proses globalisasi dan kapitalisasi telah meminggirkan kaum perempuan terhadap akses ekonomi. Berbeda dengan Paramita, Choirotun Chisaan, mantan ketua PW fatayat DIY, mengungkapkan meskipun agama memberi posisi terhormat pada perempuan, namun kenyataan ini justru sebenarnya mengakibatkan ketergatungan ekonomi dan politik terhadap laki-laki.
“Dalam Islam, perempuan tidak punya kewajiban mencari nafkah, bahkan untuk menyiapkan makanan untuk suami sekalipun. Ini seolah memulyakan perempuan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Karena tidak adanya kewajiban mencari nafkah, ketergantungan terhadap ekonomi semakin kuat, dan kemudian melahirkan ketimpangan,” tandas Entis, sapaan akrab Choiritun Chisaan.
Sementara Arie Sujito, lebih menyoroti gerakan kaum perempuan yang terdiaspora dan tidak menyatu, sehingga yang terjadi tidak ada target utama yang goal. Gerakan perempuan harus mampu merebut berbagai lini dan memasukkan agenda-agendanya. (ron)
Terpopuler
1
Laksanakan Puasa Tarwiyah Lusa, Berikut Dalil, Niat, dan Faedahnya
2
Niat Puasa Arafah untuk Kamis, 5 Juni 2025, Raih Keutamaan Dihapus Dosa
3
Menggabungkan Qadha Ramadhan dengan Puasa Tarwiyah dan Arafah, Bolehkah?
4
Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
5
Kronologi 3 WNI Tertangkap di Gurun Pasir Hendak Masuk Makkah, 1 Orang Meninggal
6
Alasan Tanggal 11-13 Dzulhijjah Disebut Hari Tasyrik dan Haram Berpuasa
Terkini
Lihat Semua