Pasuruan, NU Online
Dalam mengisi bulan Ramadhan tahun ini, pengurus Lakpesdam NU Kota Pasuruan, Jawa Timur menggelar Tadarus Ilmiah Gerakan Aktivis Mengaji. Kegiatan yang melibatkan berbagai elemen anak muda di Kota Pasuruan ini telah empat tahun dilaksanakan dalam momentum bulan Ramadhan.
Kegiatan menggaungkan pelestarian tradisi spiritual dengan khatmil Qur'an, disambung dengan tradisi intelektual yaitu dengan diskusi tematik menjelang waktu berbuka puasa, Jumat (17/5). Bertempat di CSA Kota Pasuruan, Tadarus Ilmiah membincang tema Menyiapkan Generasi Muda dalam Revolusi Industri 4.0.
Waladi Imaduddin selaku ketua Lakpesdam NU Kota Pasuruan menyampaikan bahwa Revolusi Industri 4.0 harus didiskusikan secara serius kemudian diaplikasikan dalam bentuk program kerja penyiapan sumber daya manusia khususnya generasi Muda NU.
Waladi mengutip pendiri CJ sebuah perusahaan internasional dari Korea bernama Ho Am yangmenyampaikan bahwa bisnis adalah tentang manusia. Untuk itu menyiapkan manusia menjadi sarat utama dalam mengarungi industri 4.0.
"Tiongkok telah melahirkan Jack Ma pendiri start up Alibaba yang sukses. Tentu itu harus menjadi inspirasi bahwa anak muda khususnya anak muda NU juga harus mampu melahirkan ikon industri digital. Maka perlu kita siapkan program kerja yang mendorong lahirnya SDM yang siap menggeluti dunia industri digital," ujar Waladi.
Dalam diskusi yang dihadiri oleh sekitar 40 lebih anak muda seperti dari PMII dan Central Study Aktifis tersebut melahirkan sejumlah gagasan penting di antaranya revolusi industri selalu mengubah perilaku pasar dan perilaku konsumen. Untuk itu strategi marketing baru dengan start up dan ritel online perlu mendapat perhatian serius.
Kemudian, elemen masyarakat harus proaktif dalam turut serta memberikan masukan tentang regulasi hukum dalam dunia industri digital yang regulasi dan payung hukumnya masih belum jelas seperti dalam kasus transportasi online yang di beberapa daerah akhirnya menimbulkan gesekan.
Ketig, prinsip almukhafadhotul ala al qodimi sholeh wal akhdu bil jadidil ashalah harus menjadi pedoman karena nilai dan tradisi lama yang bagus tidak harus dihilangkan dalam peradaban digital, justru harus dikuatkan dengan teknologi digital.
Diskusi yang berlangsung setelah khatmil Qur'an tersebut berjalan hingga waktu berbuka puasa tiba. (Red: Kendi Setiawan)