Daerah

Madrasah di Ponorogo Gelar Masa Taaruf dengan Turun Lapangan

Sab, 20 Juli 2019 | 04:00 WIB

Madrasah di Ponorogo Gelar Masa Taaruf dengan Turun Lapangan

Salah satu kegiatan observasi dengan mengunjungi peternakan sapi.

Ponorogo, NU Online
Masa taaruf santri madrasah di lingkungan sekolah yang berbasis madrasah menjadi hal wajib dilakukan pada momen tahun ajaran baru. Kegiatan dimanfaatkan oleh madrasah untuk mengenalkan lingkungan dan kultur madrasah pada peserta didik baru. Karenanya, pelaksanaan akan berbeda di setiap madrasah.

Seperti halnya yang dilakukan oleh dua madrasah di bawah binaan Yayasan dan Pondok Pesantren Ittihadul Ummah, yaitu MTs Ma’arif 1 Jarakan Ponorogo dan MA Ma’arif Nahdlatul Ummah Ponorogo. 

Madrasah yang berada di jalan Soekarno Hatta gg. VI no. 24 ini mengadakan masa taaruf santri madrasah atau Matsama selama enam hari. “Rangkaian kegiatan dilaksanakan sejak Senin hingga Sabtu yakni 15 hinga 20 Juli,” kata Ahmad Kirom, Jumat (19/7).

Kepala MTs Ma’arif 1 Jarakan ini mengemukakan bahwa salah satu kegiatan penting adalah melakukan riset sederhana yang dibungkus dalam kegiatan pembelajaran kontekstual. 

“Karena madrasah kami dalam kesehariannya menjadikan contextual teaching and learning atau pembelajaran kontekstual sebagai model utama dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran kontekstual dalam kegiatan Matsama juga dikenalkan,” ujarnya. 

Pembelajaran kontekstual ini dilakukan dengan melakukan observasi pada sentra kegiatan masyarakat, baik berbasis ekonomi maupun sosial. Sekitar 120 santri baru dan para pendamping dari MTs dan MA Ma’arif Jarakan terlibat dalam kegiatan pembelajaran kontekstual. “Terdapat sembilan lokasi riset,” ungkapnya. 

Di antara yang dikunjungi adalah sentra batik tulis Bu Mariana, Pasar Legi Songgolangit, produsen krupuk, peternakan sapi perah, kelompok literasi Pustaka Pinggiran, dan juga Harian Radar Ponorogo. 

“Dalam observasi ini, peserta didik baru dibantu dengan kakak kelas, sebagai pembimbing, dituntut secara mandiri untuk menemukan pokok masalah yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan pertanyaan,” katanya. 

Menurutnya, kegiatan fokus pada upaya menggali informasi, dilakukan wawancara kepada narasumber. Wawancara juga dilakukan secara mandiri oleh peserta didik baru. 

“Setelah selesai, peserta didik menyusun hasil wawancara dengan format laporan sederhana yang nantinya akan disampaikan secara terbuka. Penyampaian hasil dilakukan di depan peserta yang lain dan di depan panelis berasal guru dari MTs maupun MA,” terangnya.  

Harapan dengan diadakannya kegiatan observasi ini adalah peserta didik terbiasa menggali informasi dari sumbernya secara langsung. “Dan menuangkannya dalam bentuk laporan tertulis,” jelas Ahmad Kirom. 

MTs Ma’arif 1 dan MA Ma’arif Nahdlatul Ummah Ponorogo rutin melakukan kegiatan observasi lapangan. Setidaknya tiga kali dalam setahun. Pertama pada awal tahun ajaran baru dalam momen Matsama. 

Obervasi kedua dilakukan pada saat Kemah Riset Madrasah atau Karima pada pertengahan semester ganjil.
“Sedangkan terakhir pada kegiatan tengah semester pada semester genap,” pungkasnya. (Muadib/Murdianto An-Nawie/Ibnu Nawawi)