Tangerang, NU Online
KH Tubagus A. Hamdi Maani Rusjdi mengungkapkan, eksistensi ajaran Ahlussunnah wal Jamaah Nahdlatul Ulama (Aswaja NU) berada pada pundak mahasiswa NU sebagai generasi penerus. Sebab itu, mahasiswa NU harus selalu dekat dengan pesantren.
“Ketika sudah sukses maka harus membesarkan pesantren. Pesantren harus punya nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin. Lembaga ini harus mampu melahirkan generasi Islam yang berakhlak dan bermoral,” tegas Kiai Hamdi saat memberikan pengarahan kepada Mahasiswa STISNU Nusantara Tangerang yang sowan di Pondok Pesantren Mathlaul Anwar Li Nahdlatil Ulama (MALNU) Menes, Pandeglang, Banten pekan lalu.
Ia pun mengingatkan kepada mahasiswa NU bahwa kenapa umat Islam dianggap tertinggal. Dan kenapa selain Islam dianggap maju. Sebab kebanyakan umat Islam baru sampai pada tataran Islam dan Iman, belum sampai pada Ihsan.
“Kebanyakan orang Islam fokus pada Islam dan iman, tapi menapikan ihsan. Padahal, ihsan mampu menjadi generasi muslim berkarakter dan mampu membuka hijab makrifat kepada Allah SWT,” tuturnya.
Seperti Hiziban dan wiridan, lanjutnya, yang mulai ditinggalkan. Intelektualitas dikedepankan tapi spiritualitas dinafikan. Sebab itu, ia meyakini bahwa Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Tangerang mampu melahirkan generasi muslim ke depan yang sholeh spritualitas dan matang intelektualitas.
“Dengan mahasiswa STISNU, saya yakin NU di Banten akan mencapai puncak kejayaannya. Akan seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur, membawa Banten lebih cerah sesuai dengan tokoh-tokoh terdahulunya,” tegasnya.
Menurutnya, mahasiswa NU harus menjadi ragi bukan tape, yakni harus menjadi pemanis bagi siapa pun dan di mana pun tetap manis. Artinya, harus menjadi pelopor yang mengarah pada kebaikan dan kemaslahatan umat.
“Generasi NU jangan menjadi bagian generasi yang secara zahir memakai pakaian kesalehan tapi suka mencaci dan mencerca. NU harus menjadi pengayom dan pelindung bagi siapapun, juga lantang mengatakan untuk sebuah kebenaran,” pesannya. (Suhendra/Fathoni)