Daerah

Makna Silat Pagar Nusa menurut Sesepuh Kesatria NU Lampung Selatan

Sen, 6 Juli 2020 | 04:30 WIB

Makna Silat Pagar Nusa menurut Sesepuh Kesatria NU Lampung Selatan

Pembaiatan anggota Pagar Nusa menjadi para kesatria. (Foto: NU Online/Faizin)

Kalianda, NU Online
Pencak Silat NU Pagar Nusa merupakan badan otonom Nahdlatul Ulama yang fokus menggembleng para kesatria NU untuk menjadi sosok yang kuat jiwa dan raga. Para kesatria yang telah lulus pendidikan Pagar Nusa merupakan laskar yang bertugas menjaga agama dan bangsa sehingga terwujud kedamaian dan ketentraman masyarakat.


Makna silat sendiri adalah kelincahan. Lincah di sini bukan hanya sebatas kelincahan fisik namun lebih luas yakni kelincahan dalam aktivitas kehidupan seperti ibadah dan usaha. Para kesatria Pagar Nusa harus lincah berkiprah dalam kehidupan sekaligus menjadi benteng agama dan Negara.


“Pagar adalah benteng. Nusa adalah bangsa. Jadi Pagar Nusa adalah benteng penjaga bangsa,” jelas Sesepuh Pagar Nusa Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, KH Turmudi saat membaiat dan melantik anggota Pagar Nusa menjadi para kesatria, Ahad (5/7) malam.


Saat menjalankan tugas menjaga, para kesatria Pagar Nusa harus menempatkan kemampuan bela dirinya pada tempat yang tepat. Para kesatria NU harus tetap tenang, sabar dan tidak mudah terpancing dengan kondisi yang ada.


“Jika ada permasalahan harus ditangani dengan sabar dan jangan mudah tersinggung. Pertama dinasehati, kedua diberi peringatan, ketiga diingatkan kembali. Jika tidak berubah maka bisa diambil tindakan,” ungkapnya.


Ia pun berharap kepada seluruh keluarga besar NU dan seluruh elemen untuk dapat membimbing dan mengarahkan para kesatria NU yang sudah dilantik ini agar bisa berkiprah dengan baik. Para kersatria ini harus mampu menunjukkan kiprah yang maksimal dalam menjaga Nusa, Bangsa, dan Agama.


Penjagaan ini tidak hanya terbatas pada lingkup acara seremonial umat Islam. Sebagai penjaga bangsa, para kesatria Pagar Nusa juga harus siap menjaga kegiatan agama lain demi menciptakan ketentraman.


“Kesatria Pagar Nusa harus bisa mengayomi secara fisik agama lain. Ini merupakan pekerjaan lahir dan tentunya hatinya tetap Islam,” katanya.


Dengan kedamaian yang diupayakan ini, Kiai Turmudi optimis, Pagar Nusa akan dapat mewujudkan negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.


Sementara Rais Syuriyah MWCNU Sidomulyo, Lampung Selatan Kiai Solihin mengingatkan para kesatria Pagar Nusa untuk senantiasa dekat dengan para ulama. Jangan sampai para kesatria menjauh dari ulama sebagaimana fenomena zaman sekarang di mana masyarakat tidak bisa membedakan mana ulama dan mana bukan.


"Akan datang kepada umatku suatu masa di mana mereka lari menjauhi ulama dan fuqoha (ahli fiqih), maka Allah menurunkan tiga bala untuk mereka. Pertama, Allah menghilangkan berkah dari usaha mereka; Kedua, dikuasai oleh pemerintah yang  zalim; Ketiga, keadaan wafatnya tidak membawa iman," jelasnya mengutip hadits Nabi Muhammad Saw.


Pembaiatan tersebut ditandai dengan prosesi mencuci kaki para orang tua dari kesatria Pagar Nusa. Hal ini sebagi simbol ketaatan dan kecintaan terhadap orang tua sehingga kiprah para kesatria akan senantiasa membawa keberkahan.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin