Solo, NU Online
Masyarakat diharapkan ikut berpartisipasi dalam peningkatan mutu siaran media televisi maupun radio. Partisipasi tersebut bisa ditunjukkan dengan memunculkan sifat kritis.
Demikian disampaikan Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah M Rikza Chamami pada kegiatan Literasi Media Memilih Siaran Yang Berkualitas yang diselenggarakan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di Hotel Lor in Solo Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, Kamis (25/10).
Akademisi UIN Walisongo Semarang itu menekankan perlunya jiwa kritis dalam melihat tayangan TV dan siaran radio. "Kalau masyarakat kritis pada isi siaran, maka semua isi siaran otomatis menjadi berkualitas," kata dia.
Salah satunya adalah melaporkan setiap pelanggaran isi siaran pada KPID dan KPI Pusat.
"Indonesia sudah memiliki aturan baku soal penyiaran, itu harus dihormati. Jadi hari ini yang dibutuhkan adalah siaran radio dan TV sesuai dengan jiwa kebangsaan yang damai dan rukun," imbuhnya.
Senada dengan Rikza, narasumber lainnya Dewi Setyarini dari Komisioner KPI Pusat mengatakan pengelola radio dan televisi memiliki tanggungjawab menyajikan siaran yang berkualitas.
"Jika isi siarannya bagus dan masyarakat menikmati dengan baik, maka masyarakat akan semakin cerdas," terang Dewi.
Lebih lanjut dijelaskan Dewi bahwa potensi dan minat menonton TV bagi anak muda sangat tinggi. Jika generasi muda disajikan siaran televisi yang mendidik dan menghibur, kualitas anak bangsa akan lebih baik.
Disadari bahwa KPI Pusat selalu mendorong lembaga penyiaran untuk taat dan patuh pada aturan penyiaran dengan membuka Sekolah P3SPS. "Kalau para pengelola lembaga penyiaran sudah paham aturan penyiaran, kualitas isi siaran harus lebih baik dan mengedukasi masyarakat," tegas Dewi.
Sementara itu Tenaga Ahli Anggota Komisi I DPR RI Budiyono menegaskan bahwa jangan sampai siaran televisi dan radio hanya dijadikan lahan industri yang dikuasai oleh kelompok tertentu.
"Frekuensi itu barang langka yang dikuasai Pemerintah, maka pemilik radio dan TV harus taat pada regulasi penyiaran," tandasnya.
Di tahun politik ini, Budi berharap televisi memberikan informasi dan edukasi pada masyarakat dengan baik. "Jangan ada lagi berita hoaks yang ikut dipublikasi di layar kaca karena akan membuat masyarakat gaduh. Ilmu jurnalistik itu penting bagi lembaga penyiaran," imbuhnya. (Ajie Najmuddin/Muiz)