Daerah

Mau Husnul Khatimah? Biasakanlah Tahlilan

Sen, 22 Januari 2018 | 03:01 WIB

Pringsewu, NU Online
Kebiasan dalam hidup yang dilakukan sehari-hari akan membekas, baik secara jasmani maupun ruhani. Saat seseorang memiliki banyak kebiasaan negatif dalam kesehariannya maka yang ada dalam pikiran, ucapan dan tingkah lakunya cenderung mengarah kepada hal negatif. Sebaliknya, jika seseorang mampu mengamalkan hal baik, maka secara otomatis keseluruhan aktivitas positif dalam kehidupan akan terlihat.

Hal ini dikatakan Katib Syuriyah PCNU Pringsewu, Lampung KH Munawir saat menjadi pemateri pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) yang rutin dilaksanakan di Aula Gedung NU, Ahad (21/1).

Pria yang akrab disapa Gus Nawir ini mengajak untuk melihat fenomena apa yang dikatakan seseorang saat mereka sedang terkejut. Jika dalam kesehariannya mengatakan hal-hal yang baik, maka secara refleks akan terucap hal-hal yang baik pula. Sebaliknya, jika terbiasa dengan ucapan kotor maka yang keluar juga ucapan-ucapan kotor.

Kebiasaan positif maupun negatif ini juga, lanjutnya, akan terbawa sampai akhir hidup saat sakaratul maut datang menjemput. Ucapan yang sering diucapkan selama hidup akan terbawa sampai ujung umur.

"Ruh kita akan terbiasa mengucapkan kalimat tauhid 'laa Ilaaha Illallah' jika kita memang terbiasa bertahlil setiap harinya. Maka jika kita mau husnul khatimah, sering-sering tahlilan mengucapkan kalimat tahlil. Insya Allah kita akan mudah dibimbing mengucapkannya saat sakaratul maut," ajaknya.

Ia mengisahkan kasus nyata saat Ia mendampingi seorang pedagang yang sedang dalam kondisi sakaratul maut. Keluarga sudah mencoba membimbingnya mengucapkan kalimat tauhid. Namun ucapan apa yang dituntunkan keluarganya berbeda dengan apa yang diucapkannya.

"Dikarenakan dalam kesehariannya pedagang tape ini sering mengucapkan 'pe tape' saat berjualan, saat sakaratul maut, bukannya la Ilaaha Illallah yang diucapkan, malah 'pe tape'," kisahnya diikuti senyum para jamaah.

Oleh karenanya ia mengajak segenap umat Islam meluangkan waktu untuk tahlilan sesaat setelah shalat fardlu 5 waktu. Waktu tersebut merupakan waktu yang tepat untuk berdzikir dan berdoa.

"Perbanyak amaliyah setelah shalat fardlu dengan wiridan, tahlilan dan jangan lupa berdoa. Karena doa adalah ibadah yang menunjukkan lemahnya dan masih perlunya manusia kepada Sang Khaliq. Kalau kita tidak berdoa, maka kita masih memiliki sifat sombong karena merasa sudah tidak butuh lagi dengan yang menciptakan kita," ingatnya.

Gus Nawir juga menjelaskan fadhilah dari amaliyah sunnah yang bisa dilakukan setelah shalat fardlu. Membaca kalimat tahlil tiga kali lebih berat timbangan pahalanya dari dunia dan isinya. Sementara jika seseorang melaksanakan shalat sunnah rawatib yang dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu, maka Allah SWT akan membangunkannya rumah di surga kelak.

"Kuncinya semua ibadah harus dilakukan dengan niat suci dan ikhlas tanpa berpikir balasan-balasannya. Kalau ikhlas sudah terpatri di hati insyaallah ibadah akan terasa ringan dan jauh dari sifat tamak," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Abdullah Alawi)