Daerah

Melirik Manisnya Usaha Madu Seorang Kiai NU di Jember

Kam, 24 September 2020 | 22:50 WIB

Melirik Manisnya Usaha Madu Seorang Kiai NU di Jember

Wakil Bupati Jember, Jawa Timur KH Abdul Muqit Arif menunjukkan madu Al-Jambuany di tangannya. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online

 

Dampak wabah virus Corona tidak hanya mengancam nyawa manusia, tapi juga melemahkan sendi-sendi perekonomian bangsa. Akibatnya, kekuatan ekonomi masyarakat melemah, bahkan dampak Corona menyebabkan banyak lahir orang miskin baru. Namun bagi yang memiliki kreatifitas, selalu saja ada ide untuk keluar dari jepitan ekonomi. Salah satunya dilakukan oleh Kiai Abdurahman Al-Jambuany.

 


Wakil Rais Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kalisat, Kabupaten Jember, Jawa Timur ini merasakan betul betapa dampak Corona membuat roda perekonomiannya berjalan lambat. Namun berkat inovasi dan kreativitasnya, beban ekonomi yang dirasakannya berangsur-angsur berkurang menyusul usaha bisnis madunya semakin lancar.


“Usaha jual madu akhirnya menjadi jalan keluar dari dampak Corona ini,” tuturnya kepada NU Online di kediamannya, Pesantren Nurul Huda, Desa Glagahwero, Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember, Kamis (23/9).


Usaha  jual madu sesungguhnya sudah dilakukan oleh kiai muda tersebut sejak pertengahan tahun 2018. Kiai  Al-Jambuany, sapaan akrabnya, mendatangkan madu dari pulau Sumatera melalui temannya. Kemudian madu itu dimasukkan dalam botol ukuran 600 ml, lengkap dengan labelnya. Awalnya, usaha tersebut dilakukan biasa-biasa saja. Tak ada greget untuk meningkatkan penjualan. Sebab, pasar madu memang lesu. Ia sempat ingin beralih usaha lainnya di antaranya dengan bisnis usaha ayam potong.


Bagi Kiai Al-Jambuany, dirinya harus memiliki usaha yang bisa mendatangkan keuntungan secara rutin meskipun tidak banyak. Sebab ia mempunyai pesantren yang membutuhkan  dana, dan harus bisa dicukupi secara mandiri.


Tapi akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk membuka usaha ayam potong, karena harga ayam juga tidak stabil. Biaya produksinya tinggi, namun saat panen seringkali harga ayam anjlok.


“Saya tanya ke sana kemari, kalau pas panen, ruginya bisa mencapai jutaan rupiah, ngeri,”  ungkapnya.


Akhirnya Kiai Al-Jambuany, tetap istiqamah dengan usaha madunya. Meskipun tidak banyak, yang penting laku. Ia meyakini peminat madu cukup banyak, pasar juga tidak lesu. Persoalannya, masyarakat  sering kali terpapar kecurigaan terkait keaslian madu yang akan dibelinya.


“Orang yang  menghubungi saya, pasti yang ditanyakan dulu adalah apakah madu yang saya jual asli atau tidak. Akhirnya, saya berkesimpulan bahwa pembeli butuh kepastian madu asli, bukan karena tidak berminat,” ucapnya.


Meskipun Kiai Al-Jambuany sudah mengantongi sertifikat keaslian madu yang dijualnya, namun tampaknya itu belum cukup untuk meyakinkan calon pembeli. Maka kemudian ia menyediakan sampel madu untuk dites oleh calon pembeli.


“Tidak apa-apa saya rugi (karena menyediakan sampel madu). Silakan madu sampel itu dites dengan cara apapun. Silahkan cek dengan metode apapun, tapi harus jujur hasilnya bagaimana,” terangnya.


Sejak Corona melanda,  Kiai Al-Jambuany menggenjot pemasaran lewat media sosial. Ia tak bosan-bosannya mengunggah produk madu dengan tips-tips kesehatannya di akun Facebook miliknya. Selain lewat media sosial, Kiai Al-Jambuany juga memanfaatkan jaringan pertemanan untuk tujuan yang sama. Hasilnya, pemesan madu Al-Jambuany cukup meningkat, mulai dari politisi hingga kiai.


Bagi  Kiai Al-Jambuany,  kepercayaan pembeli adalah segala-galanya, karenanya mutu harus selalu dijaga. Tak perlu mengambil untung banyak dan tidak boleh menggadaikan kejujuran dengan mengabaikan mutu produk.


“Maka menurut saya bahwa marketing yang paling bagus adalah kejujuran,” pungkasnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin