Daerah

Menyingkap Kaligrafi Dinding Masjid Raya Klaten

NU Online  ·  Sabtu, 23 November 2013 | 13:02 WIB

Klaten, NU Online
Apabila Anda pernah ke Objek Wisata Candi Prambanan, tentu akan melihat bangunan masjid megah di seberang timur jalan. Masjid Raya Al-Muttaqun, begitu nama yang terpampang di halaman depan.
<>
Ciri khas masjid itu dikelilingi tulisan kaligrafi nama para tokoh Islam di dinding, mulai dari nama para sahabat, 4 imam madzhab dan nama-nama Walisongo, serta Sunan Tembayat dan Ki Ageng Gribig. Nama-nama itu terukir indah pada media kayu.

“Ukirannya sudah ada sejak renovasi masjid, ini dulu pesanan sang pendiri masjid,” terang salah satu pengurus masjid, yang tidak mau disebut namanya.

Dari pengamatan kami, saat singgah di masjid ini, Jumat (22/11) sore, ornamen-ornamen kaligrafi yang mengelilingi ruang dalam masjid berukuran sekitar 14×18 meter.

Beberapa bentuk bangunan konon juga menyiratkan banyak makna. Semisal, pada tempat mihrab yang berbentuk seperti gunungan wayang. Gunungan memberi makna sebagai bahasa alam yang dipercaya sebagai bentuk isyarat akan kehendak Gusti Kang Murbeng Gesang, Pemberi Kehidupan.

Dari hasil penelusuran tentang kaligrafi di Masjid Raya Klaten ini, kami mendapatkan keterangan, ukiran kaligrafi ini merupakan sebuah gambaran semangat perjuangan dakwah Islam. Mulai dari zaman Nabi dan para sahabat, kemudian berkembang ke Indonesia melalui peran para wali.

''Islam berkembang di tanah Jawa disebarkan para Walisongo. Islam masuk sampai ke Klaten dibawa oleh Kiai Ageng Gribig dan Sunan Pandanaran atau Sunan Bayat,” terang salah satu tokoh setempat, Hidayat.

Selain pesan tersirat melalui ukiran kaligrafi, secara letak geografis masjid ini juga menggambarkan akan kerukunan dalam keberagaman. Posisi masjid yang terletak berdampingan persis dengan Candi Prambanan, menjadi sembuah simbol Islam yang harmonis dan penuh dengan kedamaian. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)