Daerah

Munjung, Tradisi Berbagi Makanan di Hari Lebaran

Jum, 15 Juni 2018 | 06:00 WIB

Munjung, Tradisi Berbagi Makanan di Hari Lebaran

Makanan ketupat opor ayam untuk munjung lebaran

Batang, NU Online
Berbagai tradisi mewarnai datangnya hari raya Idul Fitri di Indonesia. Salah satu tradisi yang tidak pernah lekang adalah berbagi makanan di hari raya.

Memang kemeriahan hari raya kurang lengkap rasanya tanpa hadirnya sajian menu-menu spesial, seperti ketupat dan opor ayam.  Kebiasaan berbagi makanan dengan menu populer ini menjadi tradisi yang saat ini masih sering dijumpai di berbagai daerah, khususnya pulau Jawa.

Misal di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Tradisi berbagi makanan dikenal dengan sebutan Munjung. Tradisi ini biasanya dilakukan sehari sebelum lebaran.

Sore hari menjelang berbuka di akhir Ramadan, masyakarat saling berkunjung ke rumah kerabat atau tentangga. Hasil olahan makanan berupa ketupat dan opor ayam atau sejenisnya diberikan kepada yang punya rumah. Untuk mengajari arti berbagi, biasanya seorang ibu menyuruh anaknya sebagai penghantar punjungan.

Munjung sendiri mengandung makna saling memberi. Tujuan tradisi ini tidak lain sebagai wujud syukur dan berbagi kebahagian kepada orang tua, sanak saudara, tetangga, atau kepada orang-orang yang kurang beruntung.

"Jadi munjung itu sama artinya dengan memberi. Anak memberi kepada orang tua, murid memberi kepada guru, dan antar tetangga juga saling memberi," ungkap Yazid Mubarok, warga yang tinggal di Desa Adinuso, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, kepada NU Online, Kamis (14/6).

Munjung merupakan wujud implementasi dari nilai-nilai yang diajarkan selama berpuasa, yaitu bersedekah atau berbagi. Lewat tradisi ini, masyakarat yang kurang mampu dapat  merasakan kebahagiaan di hari raya nan suci ini.

"Munjung sudah diajarkan oleh para orang tua dahulu. Tujuannya biar tidak lupa dengan saudara dan tetangga," katanya.

Lebaran, katanya, memang bukan hari biasa. Lebaran merupakan hari istimewa. Terlebih bagi masyarakat yang bertempat tinggal di desa. Karena keistimewaannya itulah masyarakat menyajikan aneka jenis makanan, aneka kue, dan juga  minuman. 

"Kebiasaan di desa memang begitu, semua menu tersedia. Jadi bukan untuk jor-joran (foya-foya) tapi Ini memang untuk menyambut para tamu yang datang bersilaturahmi," jelasnya.

Dalam perkembangannya, saat ini munjung tidak melulu dengan membawakan makanan. Masyarakat sudah menggunakan sesuatu hal lebih praktis. Yakni dengan menggunakan bingkisan parcel.

"Sekarang kan ada istilah parcel lebaran. Nah itu juga termasuk Munjung atau memberi, tujuannya sama hanya beda cara," pungkasnya. (Zaenal Faizin/Muiz)