Muslimat NU ini Terinspirasi "Perempuan Bisa Sekolah Tinggi"
NU Online · Jumat, 4 Juli 2014 | 18:01 WIB
Selain sebagai pengajar, sosok Hj. Sholehah Zain dikenal sebagai perempuan yang mempunyai kepedulian sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Selain aktif di organisasi Muslimat NU dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Probolinggo, saat ini ia juga menjadi pengasuh yayasan yatim piatu dan anak putus sekolah Bina Sholehah.
<>
Tatapan Hj. Sholehah Zain langsung menerawang saat ditanya kunci kesuksesannya selama ini. Kemudian dia langsung menyebut sosok orang tuanyalah yang mempunyai peran besar atas kesuksesan yang diraih perempuan kelahiran 9 April 1965 silam ini.
Diceritakan Sholehah, dulu seorang perempuan sekolah sampai tinggi adalah hal yang langka di keluarga besarnya di Desa Rangkang Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Kondisi itu berbeda dengan anak laki-laki yang memang diwajibkan oleh orang tuanya untuk sekolah setinggi-tingginya.
“Keluarga saya Bani Sholeh, berpikiran perempuan biasa pulang ke rumah saja. Tidak ada keluarga saya dulu yang perempuan sekolah sampai tinggi,” kenangnya.
Meskipun begitu, Sholehah tidak lantas menyerah dengan keadaan yang menjadi tradisi di keluarganya itu. Saat mulai menginjak di bangku SMP, dirinya sering membaca buku karangan Prof. Zakia Drajat asal Jogjakarta. Sejumlah buku Zakia itupun menginspirasi dirinya, terutama yang berjudul Perempuan Bisa Sekolah Tinggi.
Usai membaca buku tersebut, keinginan Sholehah untuk sekolah tinggipun muncul. Dia lantas merayu orang tuanya untuk memberikannya izin melanjutkan sekolah tinggi. “Saya merengek dan memaksa orang tua supaya bisa sekolah tinggi. Alhamdulillah, Bapak menyetujui dan mendukung,” katanya.
Keinginannya ternyata tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Dimana dia takut keinginannya tersebut ditentang oleh orang tuanya. Diapun akhirnya melanjutkan sekolah di SMP-SMA Khadijah Surabaya.
Sholehahpun mondok di asrama putri sambil belajar mengaji dan belajar agama. “Selama berada di Yayasan Khadijah Surabaya, keinginan untuk bisa sekolah tinggi semakin kuat,” jelasnya.
Usai lulus SMA, Sholehah sudah mempunyai gambaran fakultas yang ingin digelutinya saat kuliah. Awalnya ia mengaku ingin sekali menjadi dokter, sebab ia beranggapan sebaik-baiknya mengamalkan ilmu itu menjadi dokter atau guru.
Sholehahpun akhirnya mendaftar tes di lima Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Tiga PTN fakultas kedokteran dan dua PTN fakultas pendidikan. Ternyata dirinya diterima di fakultas pendidikan (tarbiyah) IAIN Jember.
“Saya tes di fakultas kedokteran tidak diterima. Sayapun langsung berfikir positif. Berarti Allah menunjukkan jalan terbaik saya itu dengan mengamalkan ilmu dengan menjadi guru,” tegasnya.
Meski belum lulus S1, namun pada tahun 1985 Sholehah mulai mengajar pendidikan informal. Pada tahun 1989, ia akhirnya lulus S1. Usai lulus, Sholehah mengajar di MTs NU Kraksaan pada tahun 1990.
Hanya berselang setahun, Sholehah dan keluarganya memutuskan pindah ke Malang. Ia pun tetap mengajar di Malang. “Saya pindah ke Malang tahun 1991-1997. Setelah itu saya bersama keluarga kembali ke kampung halaman pada tahun 1997 dan kembali mengajar di MTs NU serta menjadi bendahara,” kisahnya.
Sholehah juga sempat menjadi anggota DPRD Kabupaten Probolinggo tahun 1999 silam menjadi Pengganti Antar Waktu (PAW) H Hasan Aminuddin yang masih saudaranya sendiri. Namun Sholehah hanya tercatat setahun duduk di kursi parlemen. Setelahnya, iapun kembali ke dunianya pendidikan untuk mengajar di sekolah.
Meski menjadi guru, namun dia tidak berpuas diri dengan ilmu yang telah ia dapat. Ia pun memutuskan untuk melanjutkan studynya dengan menembus S2 di Universitas Kanjuruhan Malang yang lulus pada tahun 2007 silam.
Selain sebagai pengajar, sosok Sholehah juga dikenal sebagai perempuan yang mempunyai jiwa sosial tinggi. Saat ini ia tercatat sebagai Pengasuh Yayasan Yatim Piatu dan Anak Putus Sekolah Bani Sholehah.
Dia menceritakan sebelumnya ia tidak pernah membayangkan akan mendirikan yayasan yatim piatu. Semua itu diceritakan bermula saat Sholehah menjadi bendahara si MTs NU Kraksaan. Kala itu dia memanggil salah satu siswi yang mempunyai tunggakan SPP. Setelah dikonfirmasi, ternyata siswi itu anak yatim dan ibunya sedang sakit.
Saat itu juga, Sholehah langsung menawarkan pada siswi itu untuk tinggal bersamanya. “Dengar cerita siswi itu, saya langsung saja menawarkan mau tidak ikut tinggal bersama ibu? Kami akan saya sekolahkan sampai lulus,” ujarnya menirukan kata-katanya dulu yang pernah diucapkannya.
Tawaran dari Hj. Sholehah itupun diterima langsung oleh siswi tersebut. Sholehah lantas meminta pada siswi itu mengajak teman yang lain agar tidak sendirian dan malu tinggal di rumahnya. “Dua anak pertama yang ikut saya bernama Hijriah dan Yuli,” tegasnya.
Saat itu Sholehah sendiri belum mempunyai pikiran dari mana ia mendapatkan uang untuk membiayai kedua siswi itu. Apalagi dirinya dengan dua putra dan penghasilan sebagai guru tidak seberapa.
“Kalau hitungan manusia, saya tidak bisa membiayai keluarga dan dua siswi itu. Tetapi kalau hitungan Allah, semuanya tercukupi. Alhamdulillah, berkat dukungan suami dan penghasilan dari bertani, saya dapat memenuhi semua kebutuhan yang ada,” jelas istri H. Amin Subarkah ini.
Lambat laun, jumlah anak yatim yang ikut Sholehah semakin banyak. Hingga saat ini, sudah ada sekitar 32 anak perempuan anak yatim piatu yang tinggal di yayasannya. “Saya tidak pernah mempunyai bayangan, anak-anak yang tinggal disini sampai puluhan seperti saat ini, Prinsipnya, saya tidak mencari anak yatim piatu untuk tinggal dan juga tidak menolak anak yang datang ingin tinggal disini,” tambahnya.
Pada tahun 2004 silam, H. Hasan Aminuddin saudaranya yang saat ini menjabat sebagai Mustasyar PCNU Kabupaten Probolinggo meminta Sholehah untuk mengurus notaris yayasan yatim piatu. Sejak saat itu, terbentuklah Yayasan Yatim-Piatu dan Anak Putus Sekolah Bina Sholehah.
“Saya sangat mendukung keinginan anak yang mau sekolah. Jadi kalau ada anak yang selama SMA menjadi juara 1, saya kuliahkan gratis. Alhadulillah, ada satu anak yang memang rajin dan pintar,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meraih Keutamaan Bulan Muharram
2
Koordinator Aksi Demo ODOL Diringkus ke Polda Metro Jaya
3
5 Fadilah Puasa Sunnah Muharram, Khusus Asyura Jadi Pelebur Dosa
4
Khutbah Jumat: Memaknai Muharram dan Fluktuasi Kehidupan
5
Khutbah Jumat: Meraih Ampunan Melalui Amal Kebaikan di Bulan Muharram
6
5 Doa Pilihan untuk Hari Asyura 10 Muharram, Lengkap dengan Latin dan Terjemahnya
Terkini
Lihat Semua