Daerah

Mustasyar PBNU Al-Mursyid Abu MUDI Lantik Pengurus Tastafi Pidie Jaya

Sab, 21 Mei 2022 | 19:45 WIB

Mustasyar PBNU Al-Mursyid Abu MUDI Lantik Pengurus Tastafi Pidie Jaya

Pelantikan pengurus Pengurus Tauhid, Tasawuf dan Fiqah (Tastafi) Pidie Jaya (Pijay) masa khidmah 2022-2027, Sabtu (21/5/2022) (Foto: istimewa)

Pidie Jaya, NU Online
Pengurus Tauhid, Tasawuf dan Fiqah (Tastafi) Pidie Jaya (Pijay) masa khidmah 2022-2027 dikukuhkan oleh Mustasyar PBNU Al-Mursyid Abu Syekh H Hasanoel Basri atau Abu Mudi. Abu Mudi adalah sekaligus pendiri Tastafi. Pengukuhan dipusatkan di Masjid Islamic Center Kabupaten atau Masjid Besar At-Taqarrub Kecamatan Triengadeng.


"Alhamdulillah, acara pelantikan Tastafi Pidie Jaya berlangsung lancar dan sukses serta dihadiri lautan jamaah dari berbagai daerah," ungkap Tgk Jamaludin selaku Ketua panitia pelaksana kepada NU Online, Sabtu (21/5/2022).


Tgk. Jamaludin mengatakan dalam prosesi pengukuhan Tastafi tersebut turut dihadiri oleh utusan Tastafi pusat, Bupati Pijay, H Aiyub Bin Abbas; Wakil Bupati H Said Mulyadi; Sekda Ir Jailani Beuramat. Hadir juga puluhan ulama serta ribuan jamaah Tastafi baik dari kalangan dayah atau pesantren maupun balai pengajian dari delapan kecamatan kecamatan.


"Al-Mursyid Abu MUDI, selain melakukan pelantikan dan Peusijuek Tastafi Pijay itu yang dinakhodai Tgk H Asbahani SSos MM selaku ketua, sekretaris Tgk H Zulkifli Harun, juga memberikan tausiyah dan pengajian umum," lanjutnya.


Sementara itu Tgk. Andika Sekretaris acara pelantikan tersebut menyebutkan dalam acara itu juga diadakan serah terima dari ketua Tastafi lama Waled Munir Kiran kepada Abi Asbabani ketua Tastafi baru periode 2022-2027. 


"Sebelum dilakukan proses pelantikan serta pengukuhan zikir bersama bertepatan Haul ke-63 Abuya Syeikh H Muhammad Walau Al-Khalidi (Abuya Muda Waly). Zikir dan doa bersama berlangsung meriah dan antusiasnya masyarakat menghadiri acara tersebut," paparnya.


Bupati Pidie Jaya, H Aiyub Bin Abbas juga berharap lewat lembaga Tastafi ini dapat membangun ilmu agama secara mendalam bagi masyarakat.


"Saya menitip pesan besar agar kepada segenap pengurus Tastafi untuk lebih proaktif dalam meningkatkan kualitas iman, ilmu dan takwa masyarakat dalam bingkai Ahlussunnah wal Jamaah," ujarnya.


Sementara itu, Ketua Tastafi Pijay  Tgk H Asbahani mengatakan, sebagai wadah organisasi yang bergerak di bidang pengajian dan zikir tasawuf, tauhid dan fiqih dapat berperan di semua elemen masyarakat.


Sekilas tentang Tastafi
Informasi yang dihimpun NU Online, Tastafi yang didirikan Abu MUDI merupakan manhaj Aswaja yang juga menjadi pegangan Tastafi, sebagai ajaran tawasuth (moderat) antara naqal dan rasionalitas di bidang tauhidnya.


Begitu juga tasawuf yang diajarkan oleh Junaidi Al-Bughdadi dan beberapa ulama lainnya sebagai ikutan yang direpresentatifkan dalam bentuk lebih moderat (tawasuth) oleh Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali.


Sedangkan fiqih berlandaskan kepada empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali), karena itu menjadi lengkaplah ketiga pilar ilmu dalam perahu Tastafi.


Hal tersebut diperkuat oleh perkataan Imam Malik, "Barangsiapa mempelajari dan mengamalkan tasawuf tanpa fiqih, maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fikih tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dengan disertai fikih dia meraih kebenaran dan realitas dalam Islam." (Ali al-Adawi dalam kitab Ulama Fiqih, Juz 2, hal. 195).


Sejak lahir dan cetuskan dan lahirnya Tastafi, telah melewati renungan panjang untuk menjawab fenomena di zaman sekarang beberapa tahun yang silam. Antusiasnya masyarakat menyambut pergerakan dakwah dan pendidikan ini dengan kolaborasi zikir dan taklim lewat pengajian umum dan terbuka. Ini merupakan satu implementasi petuah dan peuneutouh Allahuyarham Syaikhuna Abon Aziz Samalanga beut seumeubeut.


Tastafi saat ini bukan hanya berkembang dan menjadi oase dan santapan rohani masyarakat Aceh juga luar Aceh, baik Sumatera maupun daerah lainnya di Nusantara. Bahkan, Tastafi juga telah 'go internasional', merambah Eropa dan benua lainnya. Ini dibuktikan dengan diadakannya pengajian Tastafi di belahan negara tersebut baik Denmark, Swedia, Norwegia, dan sejumlah negara lainnya.


Lahirnya Tastafi bukanlah pergerakan dan wadah politik. Tastafi juga bukanlah milik kalangan dayah juga bukan milik dayah, tetapi milik umat dan masyarakat. Namun kalangan dayah turut mengawal dan menahkodai perahu Tastafi di tegah-tengah derasnya ombak dan tsunami samudera era globalisasi yang menghantam dan mengancam akhlak, moral, agama, akidah dan budaya generasi penerus Islam.


Dengan semangat dan ruh militansi diharapkan Tastafi mampu membumikan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dan mewarnai serta menjaga relugasi syariat Islam di bumi endatu ini.


Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Kendi Setiawan