Daerah

Nahdliyin Pelosok Kalteng Panjatkan Doa untuk Palestina

NU Online  ·  Selasa, 12 Desember 2017 | 13:45 WIB

Lamandau, NU Online
Sikap klaim sepihak Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan Yarusalem merupakan Ibu Kota Israel beberapa waktu lalu, masih menjadi isu yang kian memanaskan suhu politik dunia. 

Pernyataan Trump tersebut sontak menjadi pemicu peningkatan krisis kemanusiaan di berbagai daerah di Palestina yang harus berhadapan langsung dengan tentara Israel. Berbagai sumber berita bahkan menyebut bahwa pasca pecahnya ketegangan akibat ulah Trump ini menyebabkan adanya korban dari warga sipil Palestina akibat bentrokan yang terjadi, mulai dari yang luka-luka hingga korban meninggal dunia.

Menyikapi kondisi itu, warga NU di pedalaman Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah merespons dengan mengadakan doa bersama. Mereka berharap agar pertikaian di Palestina cepat berakhir, serta warga Palestina yang kini ada dalam kesulitan diberikan kekuatan, ketabahan dan keselamatan. 

Doa bersama dipanjatkan dalam kegiatan Istighotsah dan Doa Bersama digelar di Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin, Desa Bukit Jaya, Kecamatan Bulik Timur, Senin (11/12) malam.

Doa bersama dipimpin oleh Pengasuh Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin  KH M Yazid Bustomi, diikuti puluhan Nahdliyin dari berbagai elemen, mulai Gerakan Pemuda Ansor, Banser dan para santri.

"Kami atas nama warga NU kecamatan Bulik Timur, Kabupaten Lamandau, mengecam keras tindakan yang dilakukan Donald Trump hingga menimbulkan kekacauan di mana-mana. Klaim atas Yarusalem sebagai Ibu Kota Israel adalah bentuk kejahatan besar, apalagi akibat hal itu kondisi keamanan di Palestina kian tak terkendali dan bahkan menimbulkan salah satu tempat yang disucikan umat Islam ini menjadi ternoda," tutur kiai yang juga Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Lamandau itu.

Sebagai Muslim, katanya, derita yang dirasakan umat Islam di Palestina pasti dirasakan umat Islam di berbagai penjuru dunia, termasuk Nahdiliyin yang tinggal di pelosok Kalimantan Tengah seperti dirinya.

"Karena umat Islam itu ibarat satu tubuh, ketika ada anggota tubuh yang sakit maka semua anggota tubuh pun merasakannya," tegasnya.

Sebagai warga dunia, sebutnya lagi, pihaknya berharap agar Pemerintah Indonesia bersama semua bangsa bersatu padu menyelesaikan konflik antara Palestina dan Israel tersebut. Dirinya meyakini, krisis dan konflik Palestina-Israel bukan hanya soal isu agama, melainkan juga krisis politik dan kemanusiaan.

Diketahui, selain Istighotsah dan Doa Bersama, pihaknya juga melaksanakan pembacaan qunut nazilah saat melaksanakan shalat berjamaah. Hal ini dikhususkan agar warga Palestina selamat dan segera keluar dari kesulitan.

Tak hanya itu, para santri di pesantren tersebut memberikan dukungan semangat bela Palestina dengan membuat dua replika bendera Palestina dari bahan kertas yang dilukis dengan spidol. Dalam replika bendera itu masing-masing tertera tulisan 'Doa for Palestine', dan '#Save PALESTINE, SAVE AL-QUDS'. (Hendi Nurfalah/Kendi Setiawan)