Daerah

Ning Hafshah Lirboyo: Usia Muda Waktu Tepat Menghafal Al-Qur'an

Rab, 31 Agustus 2022 | 09:15 WIB

Ning Hafshah Lirboyo: Usia Muda Waktu Tepat Menghafal Al-Qur'an

Ustadzah Hafshah al-Ahla alias Ning Hafshah. (Foto: YouTube NU Online)

Jakarta, NU Online
Ustadzah Hafshah al-Ahla dari Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, mengatakan bahwa masa muda menjadi waktu yang tepat untuk menghafal Al-Qur'an. Karena di usia muda kita tidak mengenal baper (terbawa perasaan).


Hal tersebut dikatakan Ning Hafshah, sapaan akrabnya, dalam tayangan YouTube NU Online berjudul Tips Menghafal Al Quran Paling Efektif, Selasa (30/9/2022).


“Misalnya lagi menghafal tiba-tiba kepikiran jodoh atau yang lain. Kalau masih kecil, masih muda, kan tidak kepikiran seperti itu. Jadi, usia muda baik digunakan untuk menghafal Al-Qur'an. Para ulama banyak yang memulai hafalan Qur'an-nya di usia dini,” paparnya. 


Mengenai pemilihan waktu dalam keseharian yang tepat untuk menghafalkan Al-Qur'an, lanjut Ning Hafshah, tergantung kepada pribadi masing-masing, mana yang lebih enak digunakan untuk menghafal.


“Ada yang merasa enak di waktu bangun tidur. Ada juga yang merasa enak di waktu malam hari karena sepi dan semua orang tidur. Yang jelas, gunakan waktu sebaik mungkin. Kalau kita sedang berada di waktu yang enak untuk menghafal, maka gunakanlah,” jelasnya.


Putri Pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri KH Abdullah Kafabihi Mahrus ini melanjutkan, jangan sampai melewatkan waktu tersebut dengan sia-sia. Misalkan sedang berada dalam suasana hati yang bahagia atau merasa tidak ada masalah.


“Apalagi biasanya terjadi ketika membaca Al-Qur'an baru setengah jam tapi sudah ingin melakukan kegiatan lain. Sebenarnya kalau kita berada di lingkungan yang tepat, lingkungan orang-orang yang betah membaca dan menghafal Al-Qur'an maka kita akan mengikuti mereka jika benar-benar meresapi lingkungan tersebut,” jelasnya.


Namun, Ning Hafshah menuturkan, jika nyatanya keadaan tidak demikian, misal ketika di rumah cobaannya banyak seperti ponsel, teman, dan kenikmatan lainnya, maka biasanya seseorang yang menghafal Al-Qur'an harus aktif dalam sima'an Al-Qur'an.


“Untuk menghadapi cobaan-cobaan itu, yang terpenting kita mulai dengan memiliki pandangan bahwa kita akan berada di titik khatam Al-Qur'an. Karena kalau kita sendiri belum punya gambaran maka selamanya kita akan berjalan di kehaluan sendiri,” ujarnya.


Ning Hafshah menyebut bahwa naik-turunnya semangat menghafal Al-Qur'an sangat bervariatif. Kadang seseorang berada di titik semangat-semangatnya, kadang juga berada di titik terendah sehingga tidak mengaji sama sekali.


“Yang membuat kita semangat membaca dan menghafal Al-Qur'an itu takwa kepada Allah swt. Sebaliknya yang membuat kita tidak semangat adalah banyaknya maksiat. Kalau kita ingin semangatnya selalu berkobar, maka tingkatkan ketakwaan kepada-Nya. Jangan sampai semangat di awal lalu tumbang,” tandasnya.


Ning Hafshah berpesan, jangan juga hanya bersemangat ketika proses menghafal dan justru tidak menjaganya dalam muraja'ah (mengulang-ngulang) setelah khatam.


“Sejatinya perjuangan yang benar-benar berjuang itu ketika sudah khatam kemudian mengoptimalkan waktu bersama Al-Qur'an,” pungkas Ning Hafshah.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori