Daerah

NU Mestinya Produsen Media, Bukan Konsumen

NU Online  ·  Selasa, 28 Maret 2017 | 04:33 WIB

Tangerang, NU Online 
Kemajuan teknologi dan informasi tak bisa dibendung. Namun, kerap disalahgunakan sebagian orang untuk mengirimkan kabar ujaran kebencian dan hoax. Hal itu menjadi perhatian sendiri bagi Katib Syuriah PCNU Kota Tangerang KH Arif Hidayat. 

Menurutnya, warga nahdliyyin hanya menjadi konsumen media, bukan sebagai produsen konten-konten di media maya. “Kita hanya menjadi konsumen media, enggak produsen. Padahal, NU itu mayoritas. Kiai-kiai kita juga terkadang ikut larut menjadi konsumen mereka yang menyebar hoax,” jelas kiai lulusan PTIQ Jakarta di Kantor STISNU Nusantara, Senin (27/3)

Maraknya berita hoax akhir-akhir ini, kata dia, harus menjadi perhatian serius. Para kiai, santri dan warga NU harus bisa memilah konten-konten yang beredar. Sebab itu, kiai-kiai juga perlu eksis di dunia maya.

“Ramaikan medsos dengan tulisan-tulisan kiai kita. Agar pendapat dan pemikiran mereka mudah diakses. Jangan seperti sekarang kalau kita mencari sebuah pemikiran dari sebuah persoalan pasti yang muncul teratas adalah pendapat kaum takfiri,” tegasnya.

Menurutnya, NU itu kaya dengan literatur. Mestinya konten-konten media maya dipenuhi tulisan santri dan kiai. Karena kiai dan santri sudah familiar dengan tulis menulis. Dari sejak dini di pondok pesantren sudah diajarkan menulis dengan istilah ngalughat. Tapi saat mencari informasi keislaman di Google yang muncul tulisan-tulisan dari web radikal. 

“Web-web yang radikal itu sebetulnya minim literatur. Yang kaya dengan literatur itu NU. Kita itu kaya literatur, tapi sulit untuk menuliskannya,” terangnya.

Salah satu tantangannya adalah kesulitan untuk meunliskan ke dalam bahasa sederhana. Merubah dari bahasa kitab kuning ke dalam bahasa yang mudah di mengerti masyarakat. (Suhendra/Abdullah Alawi)