Daerah

PCNU Jember: UIJ adalah Rumah Kita, Jaga Bersama

Sel, 25 Mei 2021 | 03:00 WIB

PCNU Jember: UIJ adalah Rumah Kita, Jaga Bersama

Tampak Ketua YPNU (pegang mic) di tengah-tengah pengurus yang lain saat halal bihalal keluarga besar UIJ. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Universitas Islam Jember (UIJ) merupakan satu-satunya perguruan tinggi milik PCNU Jember, Jawa Timur. Sejak didirikan tahun 1982, UIJ sudah sudah banyak mencetak sarjana strata satu yang berwawasan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Mereka menyebar di berbagai posisi dan profesi, baik di level regional maupun nasional.


Menurut Ketua Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama (YPNU), KH Abdullah Syamsul Arifin, capaian UIJ saat ini cukup membanggakan. Selain mengembangkan kampus 1 UIJ sebagai gedung induk kantor dan perkuliahan, UIJ juga sejak beberapa tahun lalu telah mengakuisisi sebuah akademi keperawatan untuk dijadikan kampus 2 UIJ. Bahkan saat ini tengah direncanakan membangun kampus 3 UIJ di kawasan Ajung, Jember.


“Semua itu adalah berkat usaha, perjuangan, dan doa para pengelola UIJ dan para kiai semuanya,” ujarnya saat memberikan pengarahan dalam halal bihalal keluarga besar UIJ di aula Miftahul Ulum, kampus 1 UIJ, Senin (24/5).


Oleh karena itu, ia berharap agar semangat yang harus dibangun untuk mempertahankan capaian itu bahkan meningkatkannya adalah semangat memiliki dan menjaganya. Ibarat rumah, UIJ  harus selalu dijaga kesejukan, keasrian, dan kenyamanannya agar siapapun kerasan tinggal di tempat ini, baik sebagai pengelola maupun penuntut ilmu.


“Ini (UIJ) rumah kita. Kalau terjadi sesuatu, misalnya panas, maka harus dicari bersama-sama cara mendinginkannya, jangan hanya karena ada kepentingan pribadi, lalu mengorbankan rumah ini,” urainya.


Gus Aab, sapaan akrabnya, berharap agar pengelola UIJ bekerja semaksimal mungkin untuk mempersembahkan yang terbaik bagi UIJ dan masyarakat. Berjalan di rel yang benar  dan tata niat untuk mengabdi kepada NU dalam mengelola UIJ.


“Soal hasilnya, memang kita tidak bisa memuaskan semua pihak,” jelasnya.


Seraya mengutip kata-kata Imam Ghazali, bahwa apapun yang dilakukan manusia tidak lepas dari dua hal yakni yang memuji dan yang mencaci. Sesempurna apapun yang dilakukan seseorang, pasti ada kekurangan. Namun untuk melihat apakah pekerjaan itu masuk dalam kategori baik atau buruk, ukurannya adalah timbangan terbanyak di antara yang memuji dan yang mencaci.


“Kalau UIJ ini, misalnya 90 persen yang memuji, sementara sisanya mencaci, maka berarti kita baik. Namun cacian sekecil apapun perlu kita jadikan bahan evaluasi,” ungkapnya.


Dalam kesempatan tersebut, juga dilakukan peresmian gedung rektorat baru UIJ dan peluncuran UIJ Mart.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin