Daerah

Peduli Pengungsi, PMII Universitas Muhammadiyah Jember Galang Dana

Ahad, 6 Oktober 2019 | 04:30 WIB

Peduli Pengungsi, PMII Universitas Muhammadiyah Jember Galang Dana

Aksi kader PMII Komisariat Universitas Muhammadiyah Jember saat penggalangan dana (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online

Indonesia menangis. Kerusuhan Wamena cukup memilukan. Akibat kerusuhan itu, puluhan ribu orang mengungsi sekaligus kehilangan pekerjaan, dan kerugian sosial juga tak terperikan. Selagi belum kering air mata bangsa Indonesia akibat rusuh Wamena, Ambon dihantam gempa bumi. Murka alam tersebut menelan korban jiwa 28 orang, dan 150 orang luka-luka. Rumah dan fasilitas umum juga tak sedikit yang luluh lantak.

 

“Ya Allah dua kejadian itu sungguh menyayat hati kita,” ujar Ketua PMII Komisariat Universitas Muhammadiyah Jember (UMJ) Fendi Winata kepada NU Online usai mengakhiri penggalangan di Jember, Sabtu (5/10).

 

Selama dua hari terakhir, sejumlah kader PMII Komisariat UMJ melakukan penggalanan dana di dua titik, yaitu perempatan Jalan Mastrip dan perempatan SMPN 2 Jember. Meski terik matahari menyengat, namun mereka tetap semangat menyodorkan kotak/kardus kepada para pengendara yang lewat. Penggalangan dana yang dikoodinatori oleh Yeni Laila Khusnah itu menghasilkan Rp. 4.324.000,-

 

“Bukan soal banyaknya tapi semangat teman-teman dan rasa solidaritasnya patut kita hargai. Penggalangan dana ini juga atas instruksi PB PMII,” tambah Fendi.

 

Menurutnya, kerusuan Wamena dan gempa Ambon merupakan duka bagi bangsa seluruh rakyat Indonesia walaupun penyebabnya beda. Gempa Ambon adalah kehendak alam, dan tidak bisa dicegah. Manusia hanya bisa berikhtiar untuk menghindar darinya.

 

“Untuk yang ini, kita tinggal mengaca diri apakah itu sebagai peringatan dari Allah, atau apa,” lanjutnya.

 

Sedangkan untuk kerusuhan Wamena, jelas merupakan konflik sosial yang mestinya bisa dihindari. Namun yang terpenting saat ini bukan lagi membincangkan siapa yang salah dan siapa yang benar. Sebab para pengungsi dan korban perlu logistik, ketenangan dan jaminan keamanan jika kelak mereka kembali ke Wamena.

 

“Jadi mereka butuh keamanan juga, selain bantuan materi,” ucapnya.

 

Fendi memnta pemerintah untuk menangani ribuan pengungsi Wamena dan Ambon sebaik mungkin, sekaligus mencari jalan keluarnya. Sebab, mereka tidak mungkin jadi pengungsi selamanya. Di sisi lain mereka telah kehilangan pekerjaan dan tempat tinggal.

 

“Ini persoalan pelik, dan pertaruhan bagi pemerintah,” pungkasnya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi