Pemaksaan dalam Beragama Tak Kan Datangkan Kesejahteraan Spiritual
NU Online · Senin, 8 Juli 2019 | 07:30 WIB
Saat ini fenomena pemaksaan atau bujukan kepada seseorang atau kelompok orang untuk mengikuti dan bahkan menyalahkan dalam beragama sering terlihat dan disaksikan di tengah-tengah masyarakat.
Sikap beragama dalam pola pemaksaan seperti ini tidaklah sejati dan tidak bertahan lama. Bahkan tidak akan mendatangkan ketentraman dan kesejahteraan spiritual, melainkan mendatangkan kegundahan dan kepura-puraan.
Pemaksaan dalam beragama bertentangan dengan fitrah manusia sebagai makhluk yang bebas dan merdeka, dan secara tajam bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri karena menjunjung tinggi nilai-nilai fitrah manusia berarti juga menjunjung tinggi nilai-nilai asasi dan agama.
Hal ini diungkapkan Wakil Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bandarlampung Ustadz Rudi Irawan kepada NU Online terkait fenomena beragama yang lebih mengedepankan identitas dari pada esensi. Hal ini menurutnya harus segera disadari oleh umat Islam.
"Sementara kita sama-sama tahu bahwa jika seseorang dalam beragama berdasarkan dengan fitrahnya (kesadaran diri) akan berakar dengan kuat dan mampu memberikan nilai limpah secara maksimal terhadap upaya-upaya perbaikan kemanusiaan," jelasnya, Ahad (7/7)
Implikasi praktis dari sikap penyembahan kepada Allah SWT menurutnya adalah berupaya memberikan pelayanan yang tulus terhadap sesama manusia.
"Dan bila umat Islam sepakat bahwa inti dari keberagamaan itu merupakan hasil dari pilihan sadar seseorang dan hanya Allah serta dirinya saja yang tahu, maka pluralisme dalam faham keagamaan merupakan kenyataan hidup yang alamiah," ungkap Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung ini.
Jadi menurutnya, sikap menghargai pluralitas dalam bentuk apapun adalah sikap yang natural, logis dan merupakan bagian dari perwujudan tingkat kedewasaan seseorang dalam menerima kenyataan dalam hidupnya.
Apalagi di negara Indonesia yang ditakdirkan oleh Allah diciptakan dalam kebinekaan, umat Islam harus menyadari bahwa moderasi dalam Islam menjadi kunci untuk mempraktikkan nilai-nilai inti dari beragama. Jika beragama dengan pemaksaan dan kaku maka bukannya kemaslahatan yang akan didapat malah justru konflik yang berujung negatif yang akan dirasakan.
"Mari jadikan agama sebagai wasilah perdamaian dunia, bukan malah menjadi sumber konflik yang berujung kesengsaraan bagi semua," pungkasnya. (Muhammad Faizin)
Terpopuler
1
Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Idarah 'Aliyah JATMAN Masa Khidmah 2025-2030
2
Penggubah Syiir Tanpo Waton Bakal Lantunkan Al-Qur’an dan Shalawat di Pelantikan JATMAN
3
Rais Aam PBNU: Para Ulama Tarekat di NU Ada di JATMAN
4
Gencatan Senjata Israel-Hamas
5
Gus Yahya: NU Berpegang dengan Dua Tradisi Tarekat dan Syariat
6
Wamenhan RI: JATMAN Fondasi Penting Jaga Pertahanan Negara melalui Non-Militer
Terkini
Lihat Semua