Daerah

Pembangunan Masjid Setonogedong Tidak Rusak Situs

NU Online  ·  Kamis, 14 November 2013 | 03:01 WIB

Kediri, NU Online
Wakil Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar berharap pembangunan Masjid Setonogedong yang merupakan peninggalan Prabu Joyoboyo tidak merusak keberadaannya sebagai situs peninggalan zaman Kerajaan Kediri.
<>
"Pembangunan situs diatur oleh kepurbakalaan, dan harusnya ada izin. Jika Setonogedong dibangun, pembangunannya diharapkan tidak merusak situs itu," katanya di Kediri, Selasa.

ia mengaku menyayangkan jika situs tersebut sampai rusak, sebab sejarah tidak akan terulang dan sudah tertoreh di lokasi tersebut. 

Pihaknya berharap, ada koordinasi yang lebih bagus antara takmir masjid, pemerintah daerah, masyarakat, serta kepurbakalaan untuk pembangunan masjid. Sebab, selama ini takmir masjid juga berusaha dengan maksimal untuk mencari dana, guna pembangunan masjid.

Dengan itu, nantinya bisa dicari jalan keluar terbaik, pembangunan bisa dilakukan, mengingat jamaah juga semakin banyak di lokasi masjid tersebut. 

Masjid Setonogedong, Kota Kediri menjadi sorotan, setelah dilakukan pembangunan. Situs itu merupakan peninggalan abad ke-12 Masehi, yang diperkirakan masa peninggalan Prabu Joyoboyo.

Di lokasi tersebut ditemukan logo Garuda yang merupakan lambang Kerajaan Kediri. Di tempat tersebut juga terdapat makam Syaikh Syamsuddin Al Wasil yang di dalam Kitab Kakawin Hariwangsa disebutkan sebagai guru spiritual Prabu Joyoboyo.

Syaikh Syamsuddin Al-Wasil sendiri dari Negeri Ngerum /Rum (Persia) yang datang ke Kediri untuk berdakwah dan atas permintaan Raja Kediri Sri Maharaja Mapanji Jayabhaya untuk membahas kitab Musyarar yang berisi ilmu pengetahuan khusus seperti perbintangan (ilmu falak) dan nujum (ramal-meramal) yang kemudian dikenal dengan kitab Jongko Joyoboyo. (antara/mukafi niam)