Jakarta, NU Online
Pengurus Wilayah IPNU DKI Jakarta periode 2004-2006 hari ini dilantik di Gedung PBNU. Terpilih sebagai ketua umum Abdul Syakir, alumni UIN Syarif Hidayatullah.
Hadir dalam pengukuhan tersebut Ketua Umum PP IPNU Mujtahidur Ridho dan Sekjennya Samsuddin E. Pay. Tampak juga senior IPNU Azwar Anas dan juga wakil dari PWNU DKI.
Kepada NU Online Syakir menyatakan bahwa terdapat dua program utama yang akan dijalankan selama kepengurusannya. Pertama adalah program konsolidasi internal organisasi. “Kami akan mendirikan IPNU di daerah-daerah DKI yang belum ada IPNU-nya sedangkan daerah yang sudah ada, tetapi mati, akan dihidupkan lagi.
<>Program kedua adalah, akan dilakukannya pengkaderan secara berjenjang untuk menghasilkan kader IPNU yang militan dan dalam hal ini juga akan mulai mengembangkan sayapnya ke sekolah umum.
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana pelajar DKI yang sebagian besar sekolah umum dapat ditarik masuk IPNU. Ini tentu saja sangat berbeda dengan IPNU di daerah yang terdiri dari pesantren dan sekolah agama.
“Sebagai langkah awalnya, di Jakarta Barat telah diadakan MOP (Masa Orientasi Pelajar) di sekolah-sekolah umum. MOP diharapkan dapat dijadikan media perkenalan bagi pelajar untuk mengetahui IPNU. Kalau Makesta (Masa Kesetiaan Anggota) cenderung terlihat seram sehingga sebelumnya dilakukan tahap pengenalan terlebih dahulu,” ungkapnya.
Berkaitan dengan kompleksitas permasalahan remaja yang berbeda di daerah dan di ibukota seperti maraknya tawuran remaja dan narkoba Syakir mengakui bahwa harus terdapat perbedaan penanganan. “Kehidupan dikota memang lebih pragmatis. Dalam hal ini, IPNU DKI memiliki departemen advokasi pelajar dan departemen anti narkoba. Saat ini badan tersebut sudah melakukan kerjasama dengan badan anti narkoba untuk membantu mengatasi masalah narkoba dikalangan pelajar.
Sedikit berpromosi, jika masuk IPNU, para pelajar dapat belajar berorganisasi dan kepemimpinan, bukan hanya intelektualitas belaka sehingga dalam IPNU didapat penguatan mentalitas yang tidak didapat dalam bangku sekolah.
“Sebenarnya di sekolah sudah terdapat OSIS, akan tetapi IPNU memiliki karakteristik tersendiri. Sebagai anak kandung NU, IPNU tentu saja mengajarkan faham ahlusunnah wal jamaah dan tentu saja nilai-nilainay seperti pluralitas dan toleransi,” imbuhnya.
Ia sendiri terlahir sebagai anak Betawi. Sebagai anak betawai yang kental ajaran keagamaannya, orang tuanya menyekolahkannya di sekolah agama, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan pendidikan tingginya juga di UIN Syarif Hidayatullah yang dulu bernama IAIN Syarif Hidayatullah. Selama aliyah, ia juga mondok di Ponpes Assidiqiyyah yang diasuh oleh KH Nur Iskandar SQ.(mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata
2
Khutbah Jumat: Menjadikan Aktivitas Bekerja sebagai Ibadah kepada Allah
3
Jadwal Puasa Sunnah Sepanjang Agustus 2025, Senin-Kamis dan Ayyamul Bidh
4
Khutbah Jumat: Menjaga Kerukunan dan Kerja Sama Demi Kemajuan Bangsa
5
Khutbah Jumat: Dalam Sunyi dan Sepi, Allah Tetap Bersama Kita
6
Khutbah Jumat: Rawatlah Ibumu, Anugerah Dunia Akhirat Merindukanmu
Terkini
Lihat Semua