Daerah

Pengurus NU Jangan Tinggalkan Tirakat dan Riyadhah

NU Online  ·  Ahad, 30 Juni 2019 | 13:00 WIB

Jember, NU Online
Pengurus NU tidak boleh meninggalkan kebiasaan para leluhur dalam menjalani kehidupan, lebih-lebih dalam melaksanakan tugas yang dipikulnya.

Demikian disampaikan A’wan PCNU Jember, KH Yazid Khobir saat memberikan pengarahan dalam Konferensi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kecamatan Mayang di Pondok Pesantren Darul Mukhlisin, Desa Sumberkejayan, Mayang, Jember, Jawa Timur, Ahad (30/6).

Menurutnya, salah satu kebiasaan para ulama adalah tirakat dan riyadhah. Riyadhah adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk menuju Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Bentuknya bisa berupa wiridan secara rutin.

“Tirakat dan riyadhah itu kebiasaan para ulama terdahulu. Ada manfaat lain selain dekat kepada Allah, yaitu munculnya aura dan kharisma dari kita,” ujarnya.

Ra Yazid, sapaan akrabnya, mengingatkan, siapapun pengurus NU tak patut meniggalkan tirakat dan riyadhah, selain ibadah wajib dan sunnah. Dikatakannya, tirakat dan riyadhah mempunyai kekuatan supra natural yang tidak bisa diremehkan.

“Kenapa lisan para ulama begitu tajam, dan orang tidak gampang membantah perkataannya, karena ulama tidak pernah meninggalkan riyadhah,” ujarnya.

Intinya, lanjut Ra Yazid, menjadi pengurus NU tidak cuma butuh kecakapan, kepandaian membaca kitab dan sebagainya, tapi juga butuh ‘modal lain’ agar apa yang diucapkan bisa didengarkan dan diresapi oleh masyarakat. Apalagi saat ini perilaku sosial sebagian masyarakat, sudah mulai  abai terhadap seruan kebaikan ataupun dakwah.

“Jadi selain modal telaten dan sabar, pengurus NU harus banyak wiridan yang istiqamah agar kata-kata yang diucapkan tidak terasa hambar di telinga masyarakat,” urainya.

Ra Yazid juga berpesan agar pengurus NU tidak merasa terbebani dengan posisi yang didudukinya.  Justru posisi tersebut merupakan kesempatan emas untuk mengabdi pada agama, meneruskan perjuangan para ulama.

“Sebab seperti kita tahu bahwa NU adalah warisan ulama. Mengabdi di NU berarti kita meneruskan perjuangan KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Kholil Bangkalan, KH As’ad Syamsul Arifin dan seterusnya. Mengabdi di NU jangan sekali-kali berpikir soal imbalan dunia. Imbalannya langsung dari Allah,” pungkasnya. (Aryudi AR)