Daerah

Pengurus NU Jember Ini Kerap Beri Pelatihan Merawat Jenazah bagi Ibu-ibu Aisyiyah

Rab, 23 Desember 2020 | 03:30 WIB

Pengurus NU Jember Ini Kerap Beri Pelatihan Merawat Jenazah bagi Ibu-ibu Aisyiyah

Bendahara Pengurus Cabang Lembaga Kesejahteraan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Jember, H Muhammad Agus Salim saat praktik perawatan jenazah di mushala Aisyiyah, Ambulu, Jember. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
H Muhammad Agus Salim, namanya. Bendahara Pengurus Cabang (PC) Lembaga Kesejahteraan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Jember Jawa Timur ini, cukup luas pergaulannya. Tidak hanya di kalangan NU, di kalangan non NU juga bisa ‘masuk’. Itu karena salah satunya adalah dia kerap menjadi instruktur pelatihan merawat jenazah.


Selama ini, Ustadz Agus, sapaan akrabnya, dikenal sebagai sosok yang ‘hobi’ memberi pelatihan merawat jenazah. Ia kerap diundang lembaga dan perkumpulan masyarakat untuk menjadi nara sumber tentang tata cara perawatan jenazah.


“Tidak disengaja, tapi lama-lama kok jadi begini (sering menjadi nara sumber),” ucap Ustadz Agus kepada NU Online di Jember, Rabu (23/12).


Menurutnya, memandikan jenazah meskipun terasa remeh dan gampang tapi jika tidak biasa, tentu kesulitan karena ada syariatnya. Kata Agus, walaupun temanya adalah memandikan jenazah,  namun hal-hal lain yang berhubungan dengan perawatan jenazah, misalnya cara mengkafani dan model potongan kafannya, juga dipraktikkan.


“Semua ada tata caranya, yang itu cukup mudah jika dipraktikkan,” tambahnya.


Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur itu menyatakan bersyukur karena peserta pelatihan banyak yang masih usia remaja. Sebab selama ini petugas yang merawat jenazah rata-rata orang dewasa, atau  tak jarang pula yang memandikan dan mengkafani jenazah bukan anak atau kelauarga almarhum tapi orang lain.


“Kenapa, karena anak atau familinya belum paham tata cara merawat jenazah,” ulasnya


Oleh karena itu, para remaja perlu terus didorong agar punya keterampilan merawat jenazah. Di samping untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah karena ingat mati, juga budaya tolong menolong dalam hal kepaten (kematian) perlu digalakkan. Sebab siapapun pasti mati, dan sanak keluarga yang meninggal dunia, pasti membutuhkan pertolongan orang lain.


“Banyak manfaatnya mengikuti pelatihan merawat jenazah,” ungkap Ustadz Agus.


Yang menarik, ia juga kerap kali diundang untuk mengisi pelatihan merawat jenazah yang diadakan oleh kalangan Aisyiyah. Ibu-ibu Muslimat dari Muhammadiyah ini tampaknya juga butuh keterampilan perawatan jenazah, karena memang pengetahuan tentang perawatan jenazah perlu dimiliki oleh siapapun lantaran kematian adalah suatu keniscayaan.


“Yang namanya mati itu pasti, dan butuh perawatan. Apakah itu NU atau Muhammadiyah, sama-sama butuh keterampilan untuk merawat jenazah,” jelasnya.


Ia mengaku senang kerap dipercaya masyarakat untuk memberi bimbingan dalam perawatan jenazah. Meskipun ‘profesi’ ini tampak remeh temeh dan tak bergengsi, namun tidak menjadi masalah. Bagi Agus, yang penting dirinya bisa memberi manfaat kepada orang lain sekecil apapun.


“Bagi saya, hidup harus memberi manfaat kepada sesama, betapapun kecilnya. Tanpa manfaat, sesungguhnya kehidupan itu telah selesai,” pungkasnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin