Daerah

Perbedaan Pengajian Muslimat NU dengan Majelis Taklim Lain

Sab, 6 Juli 2019 | 15:15 WIB

Perbedaan Pengajian Muslimat NU dengan Majelis Taklim Lain

Pengajian dan halal bi halal Muslimat NU Jakarta, Sabtu (6/7).

Jakarta, NU Online
Pengajian Muslimat Nahdlatul Ulama selalu diawali dengan berdzikir bersama. Setelah itu baru mendengarkan mauidzah hasanah untuk menambah pengetahuan jamaah, serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Hal inilah yang menjadi perbedaan dengan pengajian yang digelar oleh majelis taklim lain, yang tidak mengawali dengan dzikir.

Ketua PW Muslimat NU DKI Jakarta, Hj Hizbiah Rochim menjelaskan hal itu saat halal bi halal di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (6/7).

"Seluruh hadirin duduk bersama di dalam mesjid adalah termasuk itikaf. Jamaah perlu menata niat dengan baik, yaitu harus niat ibadah, niat ngaji, niat menuntut ilmu, dan berharap semoga Allah memberikan pahala," ungkap Hj Hizbiah.

Ia mengungkapkan masyarakat Indonesia harus bersyukur karena penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam. Dan mayoritas dari warga Muslim di Indonesia mayoritas adalah keluarga besar Jamiyah Nahdlatul Ulama baik yang terbagung dalam Muslimat NU, Ansor, Banser, Fatayat, IPNU-IPPNU, serta Banom dan lembaga NU lainnya. 

"Warga NU di seluruh Indonesia setiap hari pasti selalu berdzikir. Oleh karena itu semoga kita istiqomah melakukan istighosah atau doa bersama, agar Allah menjaga negara kita yang kita cintai ini, dan selamatkan tanah air Indonesia yang sangat kita cintai ini," katanya.

Jika mencintai tanah air, mencintai Indonesia maka umat Islam rakyat Indonesia harus bisa menjaganya. "Karena ulama-ulama pendiri NU sebelum zaman merdeka hingga saat ini selalu mendoakan dan mengawal negara tercinta kita ini," ungkapnya.

Terkait dengan terpilihnya Mustasyar PBNU KH Ma'ruf Amin menjadi wakil presiden pada pemilu 2019 ini, Hj Hizbiah mengatakan tidak perlu lagi adanya perpecahan seperti kubu satu dan dua. Saat ini bangsa Indonesia termasuk Muslimat NU harus kembali bersatu, dan harus lebih siap dan giat dalam membangun semangat untuk andil, yaitu pembangunan selanjutnya.

Hj Hizbiah mengajak jamaah untuk merenungkan apa yang sudah diberikan, apa yang sudah dikhidmatkan untuk bangsa dan negara ini. Menurutnya sebagai warga negara yang baik jamaa tidak boleh diam, tidak boleh masa bodoh. Namun harus aktif.

"Minimal di lingkungan kita masing-masing, kita hidupkan pengajian-pengajian majelis taklim. Kemudian kita memiliki keterampilan bagaimana meningkatkan ekonomi anggota kita. Bagaimana meningkatkan kesejahteraan dan sumber daya manusia kita. Itu harus terus kita lakukan," ungkapnya

Selain terus menguatkan pemahaman keislaman melalui pengajian rutin bulanan, Muslimat NU DKI juga kembali akan menggelar Pelatihan Kader Aswaja. Kegiatan itu diharapkan agar Muslimat NU DKI Jakarta bisa memberikan penjelasan terkait ke-NU-an hingga ke masyarakat bawah, seperti Tahlilan, Istighosah dan pengajian-pengajian.

Pelatihan Kader Aswaja menurutnya harus terus didengungkan, karena kehadiran Muslimat NU sebagai wadah berkumpulnya para ibu untuk ikut mengabdi, mendidik, mensejahterakan masyarakat dan berjuang untuk agama bangsa dan negara yang kita cintai.

Halal bi halal tersebut menjadi permulaan digelarnya kembali pengajian rutin bulanan Muslimat NU DKI Jakarta. (Anty Husnawati/Kendi Setiawan)