Daerah

Perkuat Amaliah Aswaja di Tengah Propaganda Paham Baru

NU Online  ·  Senin, 8 Juli 2019 | 10:00 WIB

Perkuat Amaliah Aswaja di Tengah Propaganda Paham Baru

KH Munawir, Ketua LBM NU Lampung

Pringsewu, NU Online
Ketua Lembaga Bahtsul Masa'il Nahdlatul Ulama (LBMNU) Provinsi Lampung KH Munawir mengajak seluruh warga NU untuk terus menguatkan praktik amaliah-amaliah Ahlussunnah wal Jamaah yang sudah dicontohkan dan dilakukan oleh para ulama terdahulu.

Pasalnya saat ini sudah banyak firqah (kelompok) Islam baru yang getol 'menggugat' amaliah Aswaja yang sudah menjadi tradisi amaliah warga NU. Kelompok ini secara masif melalui berbagai macam cara terus mempropaganda umat Islam dengan slogan "Kembali kepada Quran dan Hadits".

"Amaliah yang telah dilakukan ini sudah jelas-jelas ada dalilnya namun dipropaganda seolah amaliah warga NU tanpa dasar dan tidak ada dalam Quran dan Hadits," katanya saat mengisi materi kajian fikih pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di aula gedung PCNU Kabupaten Pringsewu, Ahad (7/7).

Ia mencontohkan 'gugatan' yang dilayangkan seperti dalam hal mengurus jenazah. Beberapa hal seperti menggunakan wewangian pada kain kafan, adzan sebelum menguburkan jenazah seringkali dipermasalahan paham baru saat mengurus jenazah.

"Kebiasaan baik yang sudah ada mari pertahankan karena memang ada dasarnya. Yang belum baik mari diperbaiki semisal menunda-nunda dalam memandikan jenazah," katanya.

Terkait menangani jenazah jelas Ketua Komisi Fatwa MUI Provinsi Lampung ini, umat Islam tidak boleh menunda-nunda untuk segera memandikan dan mengafani jenazah. "Jangan ketergantungan dengan Pak kaum. Jika keluarga bisa mengurus jenazah, langsung saja diurus," tegasnya.

Beberapa kaifiyah (cara) yang harus diperhatikan sebelum dan sesudah seseorang meninggal dunia menurutnya adalah menghadapkan seseorang yang sedang menghadapi sakaratul maut ke arah kiblat. Jika tidak memungkinkan maka diterlentangkan dengan tangan disedekapkan.

"Bimbing dengan kalimat tauhid dan bacakan surat Yasin atau surat Ar Ra'du agar mendapat rahmat dari Allah SWT," jelasnya.

Jika ia kembali kepada Allah maka pejamkan matanya dan segera diposisikan mulutnya agar tertutup rapat. "Sakitnya sakaratul maut dalam Kitab Daqaiqul Akhbar itu 700 kali lipat sakit di dunia. Sampai-sampai Nabi Muhammad sempat meminta Allah untuk menanggung rasa sakitnya agar umat beliau tidak merasakan sakitnya sakaratul maut," tambahnya.

Namun bagi ahli ibadah, mudahnya menghadapi sakaratul maut akan seperti mencabut rambut dari tepung. Akan beda ketika bukan ahli ibadah yang ia ibaratkan susahnya seperti mencabut ketela pohon di musim kemarau. (Muhammad Faizin)