Daerah

Perkuat Spirit Keorganisasian, GP Ansor se-Madura Rapatkan Barisan

NU Online  ·  Rabu, 14 Desember 2016 | 16:02 WIB

Bangkalan, NU Online
Gerakan Pemuda (GP) Ansor di empat kabupaten di Madura menggelar pertemuan. Mereka melangsungkan konsolidasi pimpinan cabang GP Ansor se-Madura di pesantren kiai Zubair Bangkalan, Rabu (14/12).

"Pertemuan tersebut dalam rangka memperkuat jam'iyyah nahdliyah serta meningkatkan semangat perjuangan ahlussunnah wal jamaah di Madura," terang Sekjen Badan Ansor Anti-Narkoba (Baanar) Ahmad Ghufron Siradj yang hadir dalam rapat konsolidasi, Rabu (14/12).

Tampak hadir Ketua GP Ansor Bangkalan Ra Hasani Zubair Muntashor beserta semua unsur pimpinan, Ketua GP Ansor Pamekasan Fathurrohman, Kepala Baanar Pamekasan Ra Hasan Al-Mandury, Ketua PAC Waru Pamekasan Syafiuddin, dan Wakil Ketua GP Ansor Sumenep Muzani.

Mereka membahas isu-isu nasional yang sedang menimpa bangsa ini. Mereka membahas semakin lemahnya jam'iyyah Annahdliyah di Madura, banyaknya hujatan kebencian terhadap kiai NU di medsos, melemahnya rasa persaudaraan, tenggang rasa di republik ini, serta peredaran narkoba yang semakin massif.

Musyawarah yang dipimpin langsung oleh Ra Hasani itu menghasilkan kesepakatan
dibentuk koordinator GP Ansor se-Madura. Ra Hasani menunjuk sahabat Fathurrohman sebagai koordinator dan disetujui oleh semua yang hadir. Nantinya akan ada pertemuan per tiga bulan.

Dalam pertemuan Rabu (7/12) itu, Ra Ahmad Ghufron Siradj selaku Sekjen Pimpinan Pusat Baanar memberi arahan sesuai yang disampaikan Ketum GP Ansor H Yaqut Choulil Qoumas, yakni keharusan GP Ansor dan warga nahdliyin meningkatkan semangat perjuangan bela agama, bangsa, dan negeri tentu dengan menempatkan Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI sebagai 4 pilar kebangsaan.

"Jangan lupa sesuai perintah Ketum PP GP Ansor agar kader Ansor tetap konsisten dalam dasar perjuangannya," tegasnya.

Dijelaskan, hari-hari ini kita dihadapkan pada situasi yang berpotensi mengancam persaudaraan kebangsaan kita. Situasi yang ditimbulkan dari perasaan ketidakadilan di masa lalu dan perkembangan baru dari pesatnya teknologi informasi serta pengaruh dari dunia luar.

"Sikap intoleran, ujaran kebencian, dan fitnah adalah cermin dari defisitnya rasa saling percaya di antara sesama anak bangsa," ujar Ra Ghufron menirukan arahan H Yaqut. (Hairul Anam/Alhafiz K)