Daerah

Perkuat Tradisi Lokal Cegah Paham Radikalisme Terorisme

Sen, 6 Agustus 2018 | 02:00 WIB

Perkuat Tradisi Lokal Cegah Paham Radikalisme Terorisme

Peserta FGD FKPT Jateng, di Semarang

Semarang, NU Online
Dalam upaya mencegah gerakan radikalisme dan terorisme agar tidak berkembang di tengah-tengah masyarakat Jawa Tengah, harus ada keberanian melakukan revitalisasi tradisi-tradisi lokal yang sudah terbukti mampu membentengi masyarakat dari berbagai pengaruh negatif, yang dibawa arus modernisme.

Demikian salah satu rumusan Focus Group Discussion (FGD) Policy Brief Pemberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Radikalisme-Terorisme yang diselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Terorisme Jawa Tengah (FKPT Jateng) di Semarang, Sabtu (4/8).

Ketua Bidang Penelitian dan Kajian FKPT Jateng Syamsul Ma’arif mengatakan, berbagai jenis tradisi dan kearifan lokal yang ada di tengah-tengah masyarakat Jateng merupakan modal sosial yang sangat tinggi nilainya, dan harus terjamin kelestariannya. Sebab tergerusnya potensi itu akan menjadi ancaman serius, daya tahan masyarakat dalam menghadapi gempuran nilai-nilai baru yang negatif akan semakin melemah.

“Gerakan radikal teror itu, termasuk nilai baru yang mengandung sisi negatif dan sebelumnya tidak dikenal, mengingat selama ini warga Jateng dikenal penuh toleran, suka gotong royong dan menonjol sikap rendah hatinya,” ujar Syamsul.

Menurutnya, sikap-sikap seperti itu melekat pada diri setiap warga, sehingga kehidupan mereka nyaman, tenteram dan tenang, nyaris tidak ada kegaduhan meski ada berbagai perbedaan di antara mereka mulai dari agama, adat, tradisi, strata sosial dan sebagainya.

Diantara mereka, lanjutnya, ada kesepakatan meski tidak tertulis untuk tidak mamaksakan kehendak, misalnya yang berbeda dipaksakan untuk sama. "Sebaliknya yang sudah ada kesamaan nilai dan spirit tidak akan dicari-cari perbedaannya untuk dibentur-benturkan, semuanya memahami bahwa perbedaan itu sebuah keniscayaan," ujarnya.

Namun belakangan ini seiring dengan bergulirnya modernisasi yang diikuti dengan perkembangan teknologi komunikasi, informasi, dan digitalisasi menjadikan berbagai nilai baru membanjir di tengah-tengah masyarakat lokal, termasuk radikal teror yang menjadi penumpang gelap gerakan demokratisasi dan reformasi.

Dengan masih bertahannya kearifan lokal, dia menambahkan gerakan radikal teror yang jelas-jelas mengandung nilai negatif ditolak oleh masyarakat, sehingga gerakan pencegahan terorisme yang diprakarsai FKPT bersama para pegiat anti radikal teror mendapat respon dan apresiasi yang sangat tinggi dari masyarakat.
 
"Para pelaku aksi teror yang mencoba untuk menjadikan masyarakat sebagai bunker atau tempat untuk bersembunyi dan menyusun strategi aksi teror mendapat penolakan keras dari masyarakat," ungkapnya.  

Peserta FGD yang beragam latar belakangnya diantaranya peniliti, akademisi, aktivis ormas pemuda, mahasiswa, pers, ulama dan sebagainya mendorong kepada seluruh elemen yang ada di Jateng agar meningkatkan semangat partisipasi dan gerakan masyarakat dalam melakukan pencegahan gerakan aksi teror dengan memaksimalkan sekaligus melestarikan berbagai tradisi dan kearifan lokal yang ada. (Samsul/Muiz)