Daerah

Pesantren Literasi, Cara NU Bondowoso Lahirkan Penulis Andal

NU Online  ·  Sabtu, 18 Mei 2019 | 15:45 WIB

Pesantren Literasi, Cara NU Bondowoso Lahirkan Penulis Andal

Kegiatan Pesantren Literasi oleh PC LTNNU Bondowoso.

Bondowoso, NU Online
Sejumlah anak muda mendapatkan pembekalan terkait literasi. Mereka dibimbing secara intensif selama tiga hari yang diharapkan menjadi kader utama bagi tersebarnya konten positif. 

Kegiatan yang dinamakan dengan Pesantren Literasi ini diselenggarakan Pengurus Cabang (PC) Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Bondowoso, Jawa Timur. Pelaksanaannya sejak Sabtu hingga Ahad (18-20/5) di kediaman Ketua PC Aswaja NU Center Bondowoso, KH Anwar Syafi'i  di kawasan Pakisan, Tlogosari.

“Saya sangat mengapresiasi gagasan PC LTNNU Bondowoso yang mengadakan pesantren literasi ini untuk pemuda NU,” kata KH Mas'ud Ali, Sabtu (18/5). 

Karena menurut Wakil Ketua PCNU Bondowoso tersebut, kegiatan yang menyasar anak muda NU sejatinya menunjukkan kegelisahan intelektual. “Lantaran anak muda zaman now makin disibukkan dengan urusan yang tidak berdampak pada masa depan,” jelasnya. 

Dalam pandangannya, kebanyakan anak muda lebih betah dengan gawai dan membaca WhatsApp (WA) daripada membaca buku. “Baca buku paling lima sampai sepuluh menit sudah ngantuk. Tapi kalau baca WA bisa berjam-jam," tukasnya.

Menurut dosen Institut Agama Isalam Negeri (IAIN) Jember tersebut, sejumlah ulama zaman dulu memiliki karya luar biasa. “Spirit literasi para ulama ditopang oleh kekayaan literatur, kemampuan membaca dan menulis,” urainya. 

Diharapkan dengan kegiatan ini, akan lahir penulis andal di masa mendatang. “Pesantren literasi mengimpikan generasi penerus bangsa yang memiliki tingkat literasi bagus dan andal. Ini harus kita dukung," sergahnya.

Di hadapan peserta, dirinya memberi motivasi agar terus mengembangkan kemampuan membaca serta menulis. “Jika harimau meninggalkan belang, maka manusia jangan sampai meninggalkan utang. Tapi yang mestinya ditinggalkan adalah karya,” tegasnya. 

Dengan pesantren literasi, peserta dilatih menulis. "Lewat tulisan, maka karya anda bisa dibaca dan terus diingat oleh anak cucu. Anda juga bisa berdakwah, mengajak kebaikan dengan tulisan," pintanya.

KH Asy’ari Fasya selaku Rais PCNU Bondowoso turut mendorong PC LTNNU untuk terus menggalakkan pesantren literasi. 
"Jika anak muda NU tidak dilatih dan diajak mengembangkan gerakan membaca dan menulis, mereka akan mengonsumsi referensi dari internet saja," katanya. 

Kondisi tersebut tentu saja akan sangat memprihatinkan. “Di mana anak-anak kita yang dibaca bukan dari kitab asli, tapi dari Google. Ini menjadi keprihatinan kita,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Nurut Tholabah tersebut. 

Oleh sebab itu, pesantren literasi jangan berhenti di angkatan pertama. “Harus ada angkatan kedua, ketiga, dan seterusnya. Biar semangat membaca dan menulis ini terus menyebar dan merata," pintanya.

Ketua PC LTNNU Bondowoso Andiono Saputra mengatakan, dengan pesantren literasi diharapkan bisa menggugah semangat anak muda NU untuk kembali giat membaca dan menulis.

Apalagi belakangan ini, tidak sedikit dari nahdliyin yang termakan provokasi dari tulisan-tulisan yang sengaja disebarkan oleh mereka yang tidak berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah. “Usai pesantren literasi, diharapkan akan ada karya yang bisa diterbitkan dan layak dibaca masyarakat luas, khususnya wong NU," pungkasnya. (Ade Nurwahyudi/Ibnu Nawawi)