Kota Banjar, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo (PPMAC) Kota Banjar, Jawa Barat, KH Munawir Abdurrohim mengingatkan kepada seluruh santri dan santriwati untuk membiasakan diri membaca kitab.
Menurutnya, saat ini apabila santri sudah terbiasa memegang gawai atau handphone (hp), maka membaca kitabnya pun akan berkurang. "Waktu untuk memegang hp diganti dengan memegang kitab," katanya saat memberi sambutan dan membuka halaqah kebangsaan, Ahad (23/9).
Kegiatan tersebut diisi dengan membahas buku Fikih Kebangsaan, Merajut Kebersamaan di Tengah Kebhinekaan yang disusun oleh Tim Bahtsul Masail Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal).
Ustadz Ahmad Muntaha Al-Bari Musta'in selaku editor buku Fikih Kebangsaan mengajak peserta untuk melihat situasi negara. Saat ini, negara Indonesia kerap dianggap kafir dan toghut oleh beberapa pihak.
"Kalau Negara Indonesia dikatakan toghut, maka yang pertama kali tidak terima adalah kita sebagai penerus para ulama, pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI," tegasnya.
Untuk itu, sebagai santri harus bisa menjelaskan ke masyarakat umum terkait bernegara. Karena pendiri NKRI jelas dan tertuang di berbagai buku sejarah Indonesia.
"Sudah jelas yang mendirikan NKRI, yaitu simbah-simbah kita, kiai-kiai kita, dan sekarang kita wajib menjaganya," jelasnya.
Kegiatan juga dihadiri Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yakni KH Masudi Syuhud, pengasuh PPMAC, para kiai, santri dan masyarakat sekitar.
Kegiatan ini sekaligus dalam rangka memperingati Muharram 1440 H, haul KH Abdurrohim ke-21 dan Harlah PPMAC Kota Banjar. (Wahyu Akanam/Ibnu Nawawi)