Daerah

Pesantren Miftahul Huda Semarang Latih Santri Budidaya Lele 

Jum, 4 Oktober 2019 | 11:00 WIB

Pesantren Miftahul Huda Semarang Latih Santri Budidaya Lele 

Santri Miftahul Huda Kab Semaran belajar budidaya lele (Foto: NU Online/Syaiful Mustaqim)

Semarang, NU Online
Santri yang belajar di pesantren saat ini tidak hanya dibekali pengetahuan agama saja, melainkan sudah merambah untuk menekuni bidang wirausaha. Salah satu pesantren yang melaksanakan kedua hal tersebut adalah Pesantren Miftahul Huda Dusun Cikalan Desa Padaan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. 
 
Sejak tahun 2017 silam pesantren yang diasuh KH Zaini Zulfa itu memulai untuk budidaya lele dengan melibatkan santri sebagai pengelola dengan didampingi pengurus pesantren. 
 
Mulanya budidaya tersebut dengan sistem konvensional, akan tetapi hasilnya kurang sesuai harapan. Setelah itu pihak pesantren berinisiatif menjalin relasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). 
 
“Alhamdulillah dengan KKP tembus untuk pengadaan budidaya lele sistem bioflog,” kata penanggung jawab program, Ahmad Arofiq, Kamis (3/10). 
 
Saat ini pesantren salaf dengan 162 santri tersebut memiliki area 3.000 meter untuk budidaya lele yang terdiri dari 18 kolam. Jumlah itu mengalami peningkatan karena sebelumnya hanya 12 kolam. Adapun untuk tebar bibit pertama sebanyak 33.000 bibit. 
 
Ditanya soal hasil budidaya, Arofiq menjelaskan dengan budidaya lele tersebut pihaknya mengaku hasilnya bisa untuk menutup kebutuhan pokok harian santri hingga saving kas pondok.  
 
"Sejak menggunakan sistem bioflog, hasil budidaya lele bisa menutupi operasional pesantren dan bahkan sudag ada dana saning untuk kas," ujarnya.
 
Hasil wirausaha pesantren lanjut alumnus UIN Walisongo Semarang itu ada yang dikonsumsi untuk santri sepekan sekali, ada juga yang untuk diperjualbelikan. 
Sejak 2017 hingga sekarang budidaya tersebut berjalan lancar hingga mampu dikembangkan menjadi lebih besar. 
 
Dipilihnya budidaya lele di pesantren yang berada di wilayah Kabupaten Semarang itu bukan tanpa alasan. 
 
"Pertama, karena pesantren memiliki lokasi yang tepat untuk budidaya lele, kedua, sejak berdirinya pondok mulai dari kiai, zuriyah, dan para santri dalam pemenuhan kebutuhan sudah mengawali dengan budidaya lele," jelasnya. 
 
Di samping itu, ada beberapa santri yang sudah paham budidaya dan pengolahan lele. Dengan budidaya lele santri mendapat bekal untuk mengembangkan wirausaha kelak setelah kembali dari pondok. 
 
“Setelah santri boyong mereka mampu menciptakan ruang kerja sendiri dan siap berdikari di bidang ekonomi,” pungkasnya. 
 
Kontributor: Syaiful Mustaqim
Editor: Abdul Muiz