Prestasi Ramadhan Dipertaruhkan di Bulan Berikutnya
NU Online · Selasa, 5 Agustus 2014 | 02:07 WIB
Jombang, NU Online
Antusias kaum muslimin dan muslimat dalam memeriahkan bulan suci Ramadhan patut diapresiasi. Sejumlah ibadah sosial dan personal telah dilakukan sebagai sarana meningkatkan mutu dan kualitas kehambaan.<>
“Namun demikian jangan sampai prestasi yang telah diraih akhirnya membuat diri ujub dan sombong,” kata Ema Emmiyatul Chusnah, Ketua PC Fatayat NU Jombang Jawa Timur saat menerima sejumlah aktifis Fatayat NU Jombang di kediamannya, Senin (4/8).
Ning Ema, sapaan akrabnya justru menandaskan bahwa prestasi ibadah baik mahdlah maupun ghairu mahdlah justru akan dipertaruhkan kala memasuki bulan Syawal dan bulan berikutnya. “Kalau ada peningkatan intensitas ibadah di bulan Ramadhan, tentu karena pada bulan tersebut suasananya demikian mendukung,” kata cucu KH Abdul Wahab Chasbullah ini.
Akan tetapi saat memasuki Syawal atau 11 bulan setelah Ramadhan, komitmen kepada kebaikan tersebut dipertaruhkan. “Bisakah kita mempertahankan atau bahkan mampu lebih baik dari capaian saat Ramadhan?” katanya.
Justru pada saat suasana tidak lagi mendukung inilah, tempaan Ramadhan dipertaruhkan. Cobaan berupa tindakan yang jauh dari nasihat dan pesan keagamaan akan semakin keras menimpa. “Saat seperti inilah tempaan Ramadhan justru dipertanyakaan efektifitasnya,” lanjut Ketua PC Fatayat NU Jombang dua periode ini.
Karenanya, ia mengajak semua pihak termasuk para aktifis di lingkungan NU untuk menjaga semangat Ramadhan dengan tetap kukuh menjalankan perintah agama yang dibarengi kepedulian terhadap lingkungan sekitar. “Keseimbangan inilah yang menjadi titik tekan dari ritual selama Ramadhan kemarin,” terang salah seorang pimpinan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas Jombang ini.
Tentu saja, komitmen tersebut akan diuji dalam rentang waktu yang demikian panjang. 11 bulan yang tersisa sejak Syawal hingga Ramadhan mendatang adalah sebagai upaya bagi umat Islam untuk menunjukkan apakah ibadah selama sebulan kemarin memberikan pengaruh bagi keseharian.
Rentang waktu yang demikian panjang tentu akan melenakan. Apalagi dalam perjalanannya demikian banyak ujian dan cobaan yang bisa membuat orang lupa dengan komitmen awal. “Untuk dapat tetap konsisten atau istiqamah dalam jalur kebaikan tersebut, kritik dan saran serta teguran dari berbagai kalangan adalah sesuatu yang sangat diharapkan,” sergahnya. Kemauan diri untuk menerima masukan adalah juga sebagai hal yang tidak dapat dihindarkan.
Perpaduan antara tempaan selama Ramadhan dan kritik konstruktif atau membangun dalam keseharian adalah sesuatu yang layak dilestarikan. Pimpinan Asrama Lathifiyah II di PPBU ini menandaskan “Karena kalau hal tersebut bisa ditradisikan, bukan tidak mungkin berbagai peran dan kiprah pimpinan dan organisasi akan tetap berada di jalur yang diharapkan,” pungkasnya. (Syaifullah/Anam)
Terpopuler
1
Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Idarah 'Aliyah JATMAN Masa Khidmah 2025-2030
2
Penggubah Syiir Tanpo Waton Bakal Lantunkan Al-Qur’an dan Shalawat di Pelantikan JATMAN
3
Rais Aam PBNU: Para Ulama Tarekat di NU Ada di JATMAN
4
Gencatan Senjata Israel-Hamas
5
Gus Yahya: NU Berpegang dengan Dua Tradisi Tarekat dan Syariat
6
Wamenhan RI: JATMAN Fondasi Penting Jaga Pertahanan Negara melalui Non-Militer
Terkini
Lihat Semua