Brebes, NU Online
Bagi Drs H Achfas Tafsir, kehidupan di alam dunia ini sangat indah ketika berguru pada burung. Sikap tawakal yang pantang menyerah terpatri dalam dada seekor burung. Burung tidak memiliki simpanan pangan apalagi gudang logistik. Namun ketika pagi menjelang, burung keluar dari sangkarnya dengan ceria dalam keadaan perut lapar. Saat sore menjemput malam, burungpun pulang dalam keadaan perut kenyang.
<>
Sikap tawakal dari seekor burung, menjadi daya juang Haji Achfas dalam membangun keluarga sakinah. Baginya, yang penting usaha, bekerja, ikhtiar untuk memperoleh rezeki dari Yang Maha Pengasih.
“Dengan tawakal, hidup tanpa beban,” tutur Achfas saat menerima tim penilai pemilihan keluarga sakinah teladan tingkat Jawa Tengah, di rumahnya Desa Karangjongkeng Rt 01/Rw II, Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes, Sabtu (17/5).
Usaha itu wajib, namun hasilnya tidak wajib. Sebab urusan dapat atau tidaknya adalah urusan hak prerogratif pemilik pemberi rejeki, Allah SWT. Ayah dari 4 orang anak itu percaya betul, ketika burung pulang ke sangkarnya disambut kemeriahan anak-anak burung yang berebut makanan dari paruh sang induk untuk memperoleh jatah makanan.
“Dalam sekejap, vila sangkar itupun menjadi sunyi senyap lantaran anak-anak burung itu terlelap tidur, dalam suasana tenteram dan perut mereka kenyang,” papar suami dari Hj Nasichatun ini.
Dengan filosofi burung, pria kelahiran Brebes 17 Februari 1944 itu bisa mempertahankan biduk keluarganya selama 42 tahun yang dirajut sejak 27 November 1972. Menurutnya, keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang tanpa dosa dan selalu mulus perjalanannya. Tetapi ibarat nahkoda, bagaimana bisa bersikap bijaksana dalam mengarungi luas samudera kehidupan. “Saya berusaha menjadi nahkoda dan istri menyiapkan makanan dan sesekali menunjukan arah ketika saya lalai,” ujar nya.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Brebes Drs H Imam Hidayat MPdI menjelaskan, Achfas terpilih menjadi keluarga sakinah teladan mewakili eks Karesidenan Pekalongan. Sebelumnya secara berjenjang telah mengikuti seleksi ditingkat desa, kecamatan, kabupaten dan eks Karesidenan Pekalongan. “Haji Achfas sangat pantas menjadi tauladan bagi keluarga Indonesia,” kata Imam.
Hal tersebut antara lain ditunjukannya dengan sikap dan sifat yang sederhana namun pasti. Dari 4 orang anaknya yakni M Yaser Atabaki Spi (39), dr M Fahmi Atabaki (37), Zulfa Atabaki Skep Ns (34) dan Humaira Atabaki Sfarm Apt (30), semua sukses dalam menempuh pendidikan. Di samping itu telah berkeluarga semua dengan memperoleh pekerjaan yang berbeda-beda dan terhormat.
Selain membina anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, Achfas juga mengelola pesantren alit. Pesantren yang dia kelola benar alit atau kecil karena hanya menampung 20 santri dengan tujuan utama untuk mempersiapkan calon imam sholat di surau kampung sejak dini. Setiap hari dia menanamkan pokok-pokok dasar ajaran islam terutama masalah kaifiyah sholat, akhlakul karimah, kedisiplinan, hidup mandiri dan kejujuran.
Dalam kehidupan Achfas, selama 23 tahun ini seperti falsafah komunitas burung, selalu menyediakan makanan. Dia rela menjadi buruh masak bagi pelajar dan santri, dalam artian masakan tidak hanya berbentuk fisik tetapi buruh masak rohani. Terukir dalam catatan pribadinya tahun 1982-1984 menyediakan makanan di pesantren Alit Nuruddin karangjongkeng (2 th).
Tahun 1984-1990 menyediakan makanan di Asrama Putri PGAN Pekalongan (6 th). Tahun 1990-1995 menyediakan makanan di asrama putra PGAN Pekalongan (5 th). Tahun 1995-2004 berturut-turut menjabat Kepala MTs N Ketanggungan Brebes, Kepala MTsN Lebaksiu Tegal, Kepala MTs Margadana Tegal dan terakhir menjadi Kepala MTs N Slawi. Saat menjadi pelayan diluar desa Karangjongkeng Pesantren Alit di asuh oleh adiknya KH Sobirin Tafsir. Bulan April 2004 Achfas pensiun dari guru, ia pulang kampung dan melanjutkan mengelola pesantren alit hingga sekarang (10 th) bersama adiknya KH Sobirin Tafsir.
Penilaian pemilihan Keluarga Sakinah Teladan dipimpin Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kanwil Kemenag Jateng Drs H Syaefullah MAg selaku Ketua Tim Penilai. Syaefullah berjanji akan bertindak obyektif, adil, dengan memotret kehidupan peserta. Termasuk penilaian dari tetangga sekitar mengenai pribadi dan kehidupan rumah tangganya. Anggota Tim Penilai, kata Syaeful, tidak hanya dari kementerian agama tetapi juga dari unsur Kementerian Sosial, PKK, BKKBN dan Dinas Kesehatan.
Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE mengaku senang dengan kedatangan Tim dari Provinsi. Yang artinya bisa mendorong keluarga-keluarga Brebes menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah. Dengan keluarga yang sakinah akan mendorong pembangunan Kabupaten Brebes. Karena pada dasarnya pembangunan daerah itu diawali dari pembangunan keluarga. Kalau keluarganya kokoh maka masyarakatnya menjadi kokoh begitupun dengan daerahnya menjadi kuat dan pada muaranya Indonesia akan maju baldatun toyibatun warobun ghofur. “Masyarakat yang sejahterah adil dan makmur dibawah ridlo Allah SWT,” kata Idza.
Untuk itu, dia menyarankan agar institusi lain ikut menggelar pemilihan keluarga sakinah sesuai dengan kriteria dan dalam kemasan yang berbeda. Meskipun pada dasarnya sama untuk mencapai keharmonisan dan kebahagian keluarga. (Wasdiun/Mahbib)
Terpopuler
1
Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
2
PBNU Nonaktifkan Pengurus di Semua Tingkatan yang Jadi Peserta Aktif Pilkada 2024
3
Pergunu: Literasi di Medsos Perlu Diimbangi Narasi Positif tentang Pesantren
4
Kopdarnas 7 AIS Nusantara Berdayakan Peran Santri di Era Digital
5
Cerita Muhammad, Santri Programmer yang Raih Beasiswa Global dari Oracle
6
BWI Kelola Wakaf untuk Bantu Realisasi Program Pemerintah
Terkini
Lihat Semua