Rais JATMAN Subang Sebut Dua Kelompok Waliyullah
NU Online · Senin, 27 November 2017 | 06:02 WIB
Waliyullah adalah paku bumi yang akan selalu menjaga keseimbangan hidup di dunia. Keberadaannya selalu menyertai perjalanan hidup manusia. Ketika salah seorang waliyullah wafat, Allah akan segera mengganti posisinya dengan wali yang baru sehingga jumlahnya pun begitu banyak.
Demikian disampaikan Rais Idaroh Syu'biyah Jam'iyyah Ahlit Thoriqoh Mu'tabarah An-Nahadliyah (JATMAN) Kabupaten Subang KH Nawawi sebelum memulai acara manakiban Syekh Abdul Qadir Jaelani di Kantor PCNU Subang. Jum'at (24/11) malam.
"Wali ini terbagi dua, pertama adalah wali yang ditunjukkan karomahnya, kedua adalah wali yang tidak ditunjukan karomahnya," kata Ketua PCNU Subang era 1980-an itu.
Dalam kegiatan yang dihadiri ratusan jamaah itu Kiai Nawawi mencontohkan, diantara wali yang ditunjukkan karomahnya adalah Sultonul Aulia, Syekh Abdul Qadir Jaelani yang mempunyai banyak karomah bahkan sampai hari ini karomah tersebut masih bisa dirasakan dan didengar oleh kaum muslimin melalui manakiban Syekh Abdul Qodir.
Wali yang kedua, tambahnya, adalah wali yang tidak ditunjukan karomahnya, kelompok wali yang kedua ini diduga jumlahnya lebih banyak dari kelompok wali yang pertama bahkan ada sebagian dari mereka yang tidak mau menerima pemberian karomah dari Allah dengan alasan takut menjadi sombong serta ingin menyembunyikan identitas kewaliannya dan tidak mau terbongkar.
"Kelompok wali yang kedua ini sampai dipaksa dengan cara apapun tidak akan mengakui bahwa dirinya adalah wali," jelas Rais Syuriyah PCNU Subang era 1990-an itu.
Contoh kelompok wali yang kedua, sambungnya, yaitu gurunya Syekh Abdul Qodir Jailani yang bernama Syekh Junaed Al-Baghdadi, karomahnya justru diketahui belakangan, di antaranya adalah saat Syekh Junaidi sakit. Di malam hari ia melaksanakan shalat sunat mutlaq 360 rakaat dan di siang hari mampu khatam membaca Al-Quran serta shalat 400 rakaat.
"Dapat kita bayangkan saat sakit saja begitu luar biasa, apalagi saat sehat," tegasnya.
Akal yang sempit, kata dia, akan sulit menerima contoh kecil dari karomah tersebut. Untuk dapat menerimanya harus berpikir luas tentang kekuasaan Allah karena bagi wali yang sudah dekat dan wushul dengan Allah tidak ada yang tidak mungkin jika Allah telah berkehendak.
"Jalan menuju wushul dengan Allah ini adalah melalui tarekat mu'tabarah," jelas Mursyid Tarekat Syattariyah itu.
Dalam pengajian yang rutin digelar oleh JATMAN Subang setiap malam Sabtu akhir bulan itu Kiai Nawawi mengingatkan kepada para murid tarekat untuk tetap istiqamah melaksanakan zikir masing-masing tarekat karena ketika sudah dibaiat menjadi salah satu murid tarekat mu'tabarah hukum melaksanakannya adalah wajib. (Aiz Luthfi/Alhafiz K)
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua