Renungan Isra’ Mi’raj: Ucapan dan Tingkah Laku Cermin Keadaan Hati
NU Online · Kamis, 3 Maret 2022 | 09:30 WIB
Jakarta, NU Online
Pondok Pesantren An-Najiyah 1 Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur mengadakan peringatan Isra’ Mi’raj di aula pesantren setempat, Senin lalu. Dalam sambutannya pengasuh pesantren, KH Wafiyul Ahdi memotivasi santri agar terus berbenah diri dengan akhlak yang mulia.
"Ucapan dan sikap tingkah laku kita adalah cermin keadaan hati kita," ujar KH Wafiyul Ahdi.
"Selalulah berusaha untuk mengkoreksi diri, dengan semakin memahami diri, maka kita akan dikaruniai agar menjadi lebih baik,” imbuh Ketua Umum Yayasan Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas ini.
Menurut Sekjen Asosiasi Dosen Aswaja Nusantara (Asdanu) ini, Isra’ Mi’raj itu adalah perjalanan spiritual, termasuk di dalamnya adalah hiburan dari Allah kepada Nabi Muhammad setelah beliau mengalami masa atau tahun kesedihan ('amul huzni) sepeninggal Abi Thalib dan Sayyidah Khadijah.
“Nah, perjalanan spiritual ini memerlukan proses sebelumnya yaitu dengan pembersihan diri (tazkiyatun nafs), yaitu malaikat Jibril membedah dada Nabi Muhammad, untuk dibersihkan," ujar Kiai Wafiyul Ahdi.
Acara tahunan ini juga mengundang Ketua Umum Persatuan Dosen Agama Islam (Persada) Nusantara Jatim, Ustadz Yusuf Suharto.
Yusuf Suharto menjelaskan, rangkaian kisah Isra’ Mi’raj ini antara lain keterangannya ada di dalam kitab al-Barzanji. Dalam halaman 62 dinyatakan bahwa Rasulullah di-isra’-kan dengan ruh dan jasadnya. Keterangan ini antara ada dalam Tafsir al-Kabir, Mafatihul Ghaib, karya Imam Fakhruddin ar-Razy.
"Dalam al-Barjanzi ini diterangkan bahwa Rasulullah bertemu dengan Nabi Adam di langit pertama. Bertemu Nabi Isa dan Nabi Yahya di langit kedua. Bertemu Nabi Yusuf di langit ketiga. Bertemu Nabi Idris di langit keempat. Bertemu Nabi Harun di langit kelima. Bertemu Nabi Musa di langit keenam, dan bertemu dengan Nabi Ibrahim di langit ketujuh,” terang Ustadz Yusuf.
"Adik-adik, dalam peringatan Isra’ Mi’raj ini mengingatkan kita bahwa pertama kali kewajiban shalat lima waktu itu ya dari peristiwa Isra’ Mi’raj ini,” imbuh dia kepada para santri.
Dia mengaku sedang menyusun dan menggali dari para karya ulama, dalil-dalil amaliyah shalat kita. Misalnya dalil mengapa dalam shalat jamaah imamnya baca basmalah-nya banter (keras), tentang qunut, dan seterusnya.
“Yang saya jadikan acuan ialah kitab Fasholatan karya Kiai Asnawi Kudus. Nah, kitab ini kita jelaskan dengan menambahkan dalil-dalil hadits," ucap Peneliti Aswaja NU Center Jawa Timur ini.
Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Berbakti Kepada Orang Tua Sebelum Terlambat
2
LD PBNU Pastikan Imam dan Khatib Punya Kompetensi Memadai dengan Standardisasi
3
100 Slop Rokok Milik Jamaah Haji Indonesia Disita di Madinah
4
Khutbah Jumat: Mengembalikan Esensi Pendidikan - Bangun Karakter, Bukan Cuma Kejar Gelar
5
Khutbah Jumat: Konsistensi Ucapan dan Tindakan dalam Dakwah di Era Digital
6
Suami Alami Lemah Syahwat, Apa Hak Istri dalam Islam? Ini Penjelasan Fiqih Lengkapnya
Terkini
Lihat Semua