Daerah

Ribuan Santri Pesantren Bahrul Huda Gemakan Shalawat

Sab, 21 Oktober 2017 | 09:06 WIB

Probolinggo, NU Online
Dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional (HSN) ke-2 tahun 2017, ribuan santri Pondok Pesantren Bahrul Huda Desa Klenang Kidul Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo bersama wali santri dan warga NU menggemakan sholawat Nabi Muhammad SAW, Jum’at (20/10) malam.

Kegiatan bertemakan Banyuanyar Bersholawat dengan mendatangkan Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Al-Huda ini dihadiri oleh Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Huda Kiai Hilmi Tolib, Camat Banyuanyar H Didik Abdul Rohim, Ketua MWCNU Kecamatan Banyuanyar M Toha beserta segenap jajaran pengurus NU hingga tingkat ranting.

“Kegiatan ini sangat penting dalam melakukan pendewasaan para santri tentang esensi santri dalam rangka cinta tanah air, memaksimalkan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) harga mati serta mempertahankan dasar negara Pancasila dan UUD tahun 1945,” kata ketua panitia Ustads Busyairi.

Peringatan HSN ke-2 tahun 2017 ini diisi dengan pembacaan Maulid Simtud Duror yang dilanjutkan dengan orasi dan taushiyah tentang Hari Santri Nasional oleh Wakil Ketua MWCNU Kecamatan Banyuanyar Ustadz Sumar.

“Kami berharap ke depan santri hendaknya harus memaksimalkn diri dalam mencari ilmu. Sudah tidak ada dikotomi antara santri dan pelajar, nanti setelah turun pada masyarakat  atau dalam mencari pekerjaan smua mempunyai peluang dan kesempatan yang sama,” ungkap Ustadz Sumar.

Camat Banyuanyar H Didik Abdul Rohim menyampaikan bahwa santri itu adalah cikal bakal seorang pemimpin sebagaimana arti huruf pada kalimat santri. Menurutnya kalimat SANTRI ini memiliki arti huruf S adalah Santun berakhlak mulia, A adalah ajek atau istiqamah dalam mencari ilmu, N adalah nasehat, T adalah taqwallah, R adalah ridhollah dan I adalah ikhlas.

“Oleh karena itu santri minimal harus selesai S1 sehingga maksimal dalam terjun ke masyarakat ada enam syarat ilmu itu akan diperoleh. Meliputi cerdas, ada semangat mencari ilmu, sabar, mempunyai biaya dan bekal, ada yang mengajar dan ada waktu panjang untuk menempuh semua ilmu-ilmu itu,” katanya.

Hal penting lain yang harus dilakukan oleh santri saat ini adalah dengan membantu program pemerintah terkait pendewasaan usia perkawinan. “Santri harus menghindari perkawinan dini. Satu kata kuncinya adalah belajar, belajar dan belajar. Setelah itu baru berkeluarga,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)