Daerah

Saling Menghargai atas Perbedaan Awal Ramadhan dan Syawal

Sab, 5 Juli 2014 | 12:12 WIB

Aceh Utara, NU Online
Dalam pengajian Bab Puasa, Ayah Nurdin Keutapang mengimbau warga kecamatan Nisam kabupaten Aceh Utara untuk menjaga persaudaraan terkait perbedaan penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal. Menurut ulama terkemuka di Aceh ini, perbedaan sikap itu tidak perlu berakhir pada polemik berkepanjangan.
<>
“Jikapun ada yang melihat bulan sebelum pengumuman pemerintah maka orang itu wajib berpuasa. Alangkah indahnya kita saling menghormati ketika yang lain tidak mengikutinya. Karena semuanya benar. Begitu juga sebaliknya,” ujar Ayah Nurdin dalam pengajian yang digelar Ikapas Nisam setiap Jumat di bulan Ramadhan.

Seperti yang terjadi selama ini, masyarakat kerap bingung setiap menjelang awal bulan Ramadhan. Khilafiyah penentuan oleh sebagian masyarakat kadang berbuntut perdebatan tajam.

Pengajian di masjid Dayah Darut Thalibin gampong Keutapang ini membahas penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal karena warga kerap mengalami kebingungan ketika penentuan awal bulan tiba.

Ulama alumni LPI MUDI Mesjid  Raya Samalangan ini menjelaskan, ketika seseorang melihat terbitnya bulan sabit di ufuk barat, maka ia wajib berpuasa. Apabila ia lalu menyampaikannya kepada orang lain maka orang yang mempercayai khabar itu juga wajib berpuasa esok harinya. Tetapi, seseorang tidak wajib mempercayai kesaksian itu.

“Bila seorang yang melihat itu memberikan informasi kepada pihak Kementrian Agama dan dipersaksikan orang yang adil, lalu Menteri Agama mengumumkan masuknya bulan Ramadhan maka semua warga Indonesia wajib berpuasa sekalipun di ujung Aceh belum tampak bulan,” demikian uraian Ayah Nurdin atas Bab Puasa dalam kitab I’anatuth Thalibin.

Di samping diikuti langsung jama’ah yang hadir, pengajian kitab kegiatan ini juga diikuti warga luar daerah dan luar negeri. Radio Dakwah Sahabat Santri, Ikapas Nisam Radio Online menyiarkan pengajian Jumat sore ini. (Sudi/Alhafiz K)