Daerah

Santri Dituntut Mencari Solusi di Tengah Pesatnya Teknologi

Sen, 26 Agustus 2019 | 01:00 WIB

Santri Dituntut Mencari Solusi di Tengah Pesatnya Teknologi

Kajian Islam bagi kalangan milenial di Kalisat, Jember, Jatim. (Foto: Aryudi AR/NU Online)

Jember, NU Online 
Kemajuan teknologi tidak bisa dibendung, terus berkembang dari waktu ke waktu mengiringi dinamika kehidupan. Dulu, sekian tahun yang lalu serbuan massif perkembangan teknologi melalui radio dan televisi. Namun saat ini kecanggihan teknologi mengalami lompatan yang luar biasa lewat internet dan teknologi informasi.
 
“Itu bukan tanpa risiko. Sebab internet bisa diakses oleh siapa saja, dan konten apapun juga bisa diunggah seolah tanpa batas,” kata Muhammad Azmi, Ahad (25/8).
 
Hal tersebut disampaikan Ketua Bidang Organisasi dan Pengembangan SDM Pengurus Anak Cabang (PAC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kalisat, Jember, Jawa Timur ini pada acara Kajian Islam bagi Kalangan Milenial di masjid Al-Barokah, Kalisat.
 
Menurutnya, bentuk tantangan paling nyata bagi NU lewat sarana kemajuan teknologi itu adalah tumbuh suburnya berbagai macam ideologi yang menyimpang. Penetrasinya sangat massif lewat berbagai media sosial. Dampak nyata dari kampanye ideologi menyimpang lewat internet itu antara lain adalah lahirnya korban-korban cuci otak. 
 
“Mereka  akhirnya jadi kaum ekstremis, radikalis, sampai teroris. Perpecahan dan konflik pun terjadi di mana-mana, terutama karena dimulai oleh pertikaian di media sosial,” tuturnya.
 
Azmi menambahkan, kondisi tersebut semakin diperparah oleh berbagai macam kampanye politik berbalut ideologi lewat teknologi informasi, khususnya media sosial, sejak Pemilu 2014. 
 
Menurutnya, ada beberapa kelompok dengan misi khusus untuk meracuni generasi milenial dengan berbagai paham yang bertentangan dengan Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. 
 
“Mereka mengebom publik dunia maya dengan informasi-informasi provokatif dan hoaks. Dan itu terus menerus dilakukan seakan tanpa kenal lelah,” jelasnya.
 
Kenyataan tersebut, lanjut Azmi merupakan dilema bagi generasi muda, khususnya santri. Sebab jika dilarang secara mutlak menggunakan smartphone, tentu mereka akan ketinggalan dari perkembangan cepat era milenial. Tapi kalau diizinkan, santri justru akan menjadi malas belajar, karena waktunya banyak tersita untuk kegiatan di media sosial. 
 
“Bagiamana cara kita mencari jalan tengah dari dilema ini adalah kunci keberhasilan generasi muda NU mengatasi tantangan kemajuan teknologi,” pungkasnya.
 
 
Pewarta: Aryudi AR 
Editor: Ibnu Nawawi