Daerah

Santri Harus Berkontribusi dalam Membangun Bangsa

NU Online  ·  Ahad, 7 Juli 2019 | 07:00 WIB

Buleleng, NU Online  
Puluhan santri, pelajar dan mahasiswa dari Yayasan Amin Balo Dewata, Buleleng  tampak antusias mengikuti dialog kebangsaan yang digelar di aula Kantor Urusan Agama (KUA), Buleleng, Bali,  Jumat (5/7). Hadir sebagai pembicara adalah penasehat Yayasan Amin Balo Dewata yang juga Mustasyar PCNU Buleleng, KH Muhammad Maksum Amin, Praktisi Pendidikan sekaligus Pengurus Pergunu Buleleng, Surayanah, dan Danramil 1609-06/Sawan, Kapten CBA Ari Pamungkas.

Dalam paparannya, KH Maksum, sapaan akrabnya, menegaskan agar santri bisa mengambil peran dalam membangun bangsa.  Tidak hanya mengenal para pendiri bangsa dan pahlawan. Justru bagaimana bisa meraih prestasi dan berkontribusi dalam mengisi pembangunan, khususnya di sektor  pendidikan.

“Santri harus menyiapkan diri untuk bisa berkiprah lebih besar dan lebih signifikan untuk kemajuan bangsa dan Negara,” ujarnya.

Oleh karena itu, kata dia, santri harus siap untuk mengabdi kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Santri tidak hanya harus punya semangat tapi juga harus memiliki kemampuan dan kompetensi.  

“Kita ingin memberikan stimulus terhadap semangat para santri. Artinya, santri itu harus punya semangat mengabdi pada bangsa dan negara serta mencintai tanah airnya," ungkapnya.

Sementara itu,  Kapten CBA Ari Pamungkas mengimbau para santri dan pelajar agar meningkatkan wawasan kebangsaan, ‘mempelajari’ radikalisme,  dan menjauhi narkoba. Betapa banyak generasi muda yang terjerumus dalam pergaulan bebas, terjebak dalam penggunaan obat terlarang, dan terpapar paham radikal.

“Itulah yang harus lebih gencar kita lakukan pencegahannya, baik melalui kegiatan sekolah maupun forum-forum yang ada di kampus dan pondok pesantren,” ucapnya.

Sedangkan Surayanah,  menjelaskan bahwa pendidikan tidak ilmu mengejar ilmu pengetahuan saja. Tetapi juga penting memiliki keterampilan (psikomotorik) dan sikap prilaku yang baik. Di era globalisasi ini tiga hal tersebut harus dimiliki oleh santri agar bisa eksis dalam persaingan yang cukup tajam.  

“Sehingga bisa unggul dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan ini,” ungkapnya.

Dosen STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) Istiqlal Gerokgak tersebut, berharap agar pelajar mewaspadai berita dan informasi yang beredar di media sosial. Sebab tak jarang media sosial dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk menyebar ajaran radikal dan  intoleransi.

“Jangan ditelan mentah-mentah. Yang terbaik kita kembali pada paham wawasan kebangsaan, pancasila, NKRI dan Nasionalisme. Kemudian guru atau asatidz  harus selalu mengedukasi para santri tentang wawasan kebangsaan kepada lingkungan pondok pesantren,” tandasnya. (Red: Aryudi AR)