Daerah

Selama Nahdlatul Ulama Kuat, Indonesia Juga Kokoh

NU Online  ·  Kamis, 28 Maret 2019 | 05:00 WIB

Selama Nahdlatul Ulama Kuat, Indonesia Juga Kokoh

Istighatsah dan Halaqah Aswaja di MWCNU Gapura, Sumenep.

Sumenep, NU Online
Manfaat bergabung dengan Nahdlatul Ulama (NU) tidak semata untuk kepentingan diri dan jamiyah, juga demi kemaslahatan bangsa dan negara. Karena bila organisasi ini kuat, maka kokoh pula Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.

Penegasan tersebut disampaikan Kiai Mohammad Syahid pada acara Istighatsah dan Halaqah Aswaja yang digelar Lembaga Dakwah NU Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gapura, Sumenep, Jawa Timur, Rabu (27/3). 

Ketua MWCNU Gapura ini mengajak hadirin bergabung di NU. “Sebab dengan ikut NU, maka bukan hanya warga yang selamat, tapi juga NKRI. Selama NU kuat, maka bangsa ini tidak akan bisa dihancurkan oleh siapapun,” katanya.

Dirinya kemudian menyampaikan pesan KHM Hasyim Asy'ari dalam kitab Qanun Asasi yakni halummu kullukum waman tabiakum minal aqwiya wadduafa. “Dalam artian, mari semua orang yang kuat dan lemah, masuklah kalian semua ke organisasi NU. Karena jika masuk NU, maka bukan hanya warga NU yang selamat tapi NKRI juga akan selamat,” jelasnya saat sambutan. 

KH Widadi Rahim selaku narasumber menyampaikan bahwa banyak organisasi yang mengaku Aswaja. “Padahal yang cocok dan pas untuk Indonesia adalah Ahlusunnah wal Jamaah an-Nahdliyah,” kata cucu KH Habibullah, Pengasuh Pesantren Al-Is’af ini. 

Dalam pandangannya, Indonesia bukan darul Islam atau negara Islam tapi darus salam yakni negara perdamaian. “Dan organisasi lain yang mengaku Aswaja tidak mau mengakui NKRI,” ungkapnya.

Dirinya yang menyebut muallaf di NU, membeberkan sejumlah organisasi yang mengaku Aswaja, namun tidak mengakui NKRI. “Dan yang pantas ada di Indonesia adalah Aswaja an-Nahdliyah, sebab Indonesia itu darus salam bukan darul Islam," paparnya.

Sedangkan KH Imam Hendriyadi menegaskan bahwa Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah menganut pola keislaman berbangsa dan bernegara yang tawassuthiyah. “Artinya tidak terlalu sekuler, tapi juga tidak  terlalu liberal. Atau dengan kata lain tidak terlalu tekstual dan juga tidak terlalu keluar dari teks karena mengikuti konteks,” jelas Katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep ini.

Demikian pula, NU dalam berbangsa dan bernegara menganut pola tawassuthiyah. “Artinya tidak terlalu fundamental, juga tidak terlalu radikal. Atau bahasa lainnya tidak terlalu tekstual, juga mengikuti konteks," urainya.

Turut hadir pada acara tersebut sejumlah Forum Pimpinan Kecamatan atau Forpimka Gapura. Acara ditutup pembacaan shalawat Nahdliyah.

Kegiatan yang digelar di kantor MWCNU setempat itu, dihadiri jamaah dari wilayah zona II yakni Desa Gapura Barat, Gapura Timur, Gapura Tengah, Mandala dan Gersik Putih, serta dihadiri ratusan tokoh masyarakat dan kader NU. (Irwan S/Ibnu Nawawi)