Daerah

Selfie, Sosialisasi Pelajar NU Mojoduwur

Rab, 10 Februari 2016 | 19:02 WIB

Jombang, NU Online
Aktivitas memotret yang diambil diri sendiri dengan menggunakan kamera digital atau telepon kamera atau lebih dikenal selfie, kini sering dilakukkan orang di hampir setiap kegiatan, baik resmi maupun tidak. Tidak hanya sebagai kesenangan, hal itu bagian dari upaya mendokumentasikan.

Pelajar Nahdlatul Ulama (NU) Desa Mojoduwur, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menjadikan selfie sebagai sosialisasi organisasi, yaitu dengan melombakannya.

Di antara beberapa ketentuan lomba tersebut, peserta harus mengirimkan foto lewat media sosial Facebook (IPNU IPPNU Ranting Mojoduwur). Bagi peserta putra wajib menggunakan logo atau bendera Ikatana Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Bagi peserta putri wajib mengenakan logo Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).

“Selfie sekarang ini bukanlah hal yang asing, bahkan semua orang baik yang muda hingga tua pun gemar melakukan selfie. Nah dari situ kita melihat andaikan mereka menggunakan logo IPNU-IPPNU ketika selfie, pasti semakin keren,” kata Haidar, salah satu panitia terkait kepada NU Online, Rabu (10/2).

Ia tak menampik, bahwa masih banyak masyarakat luas khususnya kalangan pelajar yang tidak begitu paham tentang kelembagaan IPNU-IPPNU dan kegiatan-kegiatannya.

“Jadi minimal orang itu tahu bentuk logo IPNU-IPPNU itu sendiri karena juga tidak sedikit orang yang masih belum tahu apa itu IPNU-IPPNU. Dengan lomba selfie ini, orang-orang akan lebih mudah paham tenteng IPNU-IPPNU dan logonya,” tuturnya.

Ahir-ahir ini, lanjut dia, sebagian orang menganggap kegiatan IPNU-IPPNU hanya seputar keagamaan yang sudah biasa dilakukan oleh warga masyarakat di masing-masing daerahnya. Sehingga mengakibatkan daya tarik mereka sangat tipis dan minim untuk ikut serta pada setiap kegiatan yang dilakukan IPNU-IPPNU.

“Dari dulu kita terus memaksimalkan bidang pengkaderan dan itu sangat sulit. Tak mudah untuk sekarang ini ngajak para pelajar NU untuk masuk IPNU-IPPNU, apalagi pemikiran yang dibangun oleh mereka bahwa IPNU-IPPNU kegiatannya hanya diba’an dan ngaji saja,” paparnya.

Dengan demikian, pelajar NU juga dituntut peka dengan fakta perkembangan zaman yang terjadi. Berbagai strategi untuk melakukan pengaderan terhadap pelajar hendaknya menjadi perbincangan yang serius. “Wah bahaya juga kalau gitu, kita juga perlu mewadahi  kegemaran mereka dulu. Nah, kalau sudah masuk baru kita ajak kegiatan keagamaan sedikit demi sedikit,” ujarnya.

Lomba ini dibuka sekitar dua bulan yang lalu, terhitung sejak awal Januari dan ditutup Februari akhir. Hingga kini, dokumentasi foto yang sudah terkumpul di panitia hingga saat ini kurang lebih dari 40.

Disinggung mengenai kriteria penilaian juri, ia mengungkapkan, yaitu keunikan dan kreativitas peserta dari foto yang dikirim. (Syamsul Arifin/Abdullah Alawi)