Daerah JIHAD PAGI

Semangat Beragama Harus Diiringi Semangat Mengaji

Ahad, 17 Februari 2019 | 12:00 WIB

Semangat Beragama Harus Diiringi Semangat Mengaji

KH Munawir, Ketua LBM NU Lampung

Pringsewu, NU Online
Dewasa ini ada kecenderungan sebagian orang memiliki semangat dalam beragama dan beribadah namun tidak dibarengi dengan keinginan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam ilmu agama.

Hal ini tentunya dapat mengakibatkan praktek ibadah yang tidak sesuai syariat dan berakibat pada tertolaknya ibadah yang dilaksanakan. Semangat beribadah penting untuk terus ditingkatkan namun harus diiringi dengan kesadaran diri untuk mengaji hukum-hukum Islam semisal ilmu fiqih.

"Kalau mau menanam jagung tidak asal tanam saja. Harus ada ilmunya. Jangan hanya semangat ingin menanam dan memanen tapi tidak melihat cuaca dan teknik menanam yang baik. Bisa-bisa tidak panen," kata KH Munawir saat memaparkan materi fiqih pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di Gedung NU Kabupaten Pringsewu, Lampung (17/2).

Ketua Lembaga Bahtsul Masail NU Lampung ini menambahkan bahwa semangat ibadah saja tidak cukup untuk menjadikan ibadah diterima Allah SWT. Seseorang harus mengetahui ilmu-ilmu yang terkait dengan ibadah yang akan dilakukan.

"Kalau ada orang mau shalat maka harus suci dari hadats dan najis. Cara bersuci itu harus dengan wudlu yang benar. Wudhu yang benar harus dengan air yang suci. Semua ini terkait dan jika tidak sesuai kaidah maka shalatnya bisa tidak sah dan tertolak," jelasnya.

Menurutnya, pemahaman ilmu fiqih berperan penting dalam pelaksanaan ibadah. Namun saat ini banyak orang yang kurang tahu dan tidak mau tahu kaidah-kaidah fiqih yang seharusnya dipenuhi untuk melaksanakan ibadah.

Hal ini menurutnya dipengaruhi oleh ketidakmauan seseorang belajar ilmu fiqih. Disamping saat ini banyak orang belajar agama melalui internet. Padahal tidak semua yang ada di internet sesuai dengan kaidah fiqih yang ada.

Beberapa praktek ibadah tanpa pengetahuan terkadang malah menjadi rujukan karena disebarkan dan viral melalui internet khususnya media sosial. Masyarakat terkadang hanya melihat dari sisi praktisnya saja tanpa mau mendalami dasarnya.

"Bab najis dan sesuci misalnya, banyak yang menyepelekan. Terkadang orang hanya melihat bersihnya saja. Padahal bersih belum tentu suci dan suci belum tentu bersih," terangnya.

Ia pun mengingatkan akan pentingnya membersihkan najis dengan cara yang benar sehingga ibadah diterima Allah SWT. Kesemua hal yang terkait itu menurutnya harus disadari dan dipahami setiap umat Islam.

"Jangan hanya ikut-ikutan cara beribadah di media sosial yang tak jelas dasarnya. Semoga kita terhindar dari cara beribadah yang salah sehingga ibadah kita diterima Allah SWT," tandasnya. (Muhammad Faizin)