Daerah

Shalawatan Semarakkan 1 Abad Pesantren Abu Dzarrin Bojonegoro

Sel, 1 Oktober 2019 | 14:00 WIB

Shalawatan Semarakkan 1 Abad Pesantren Abu Dzarrin Bojonegoro

Shalawatan peringati 1 abad Pesantren Abu Dzaarin Bojonegoro, Jatim (Foto: NU Online/M Yazid)

Bojonegoro, NU Online
Ribuan masyarakat dan pecinta shalawat memadati Pesantren Abu Dzarrin, Dander, Bojonegoro, Jawa Timur, Senin (30/9) malam.
 
Gema shalawat bersama Habib Anis Bin Idrus bin Sahab dari Jakarta dan Ahbabul Musthofa Bojonegoro mengisi rangkaian puncak 1 abad pesantren tertua di Kota Minyak, sebutan lain Kabupaten Bojonegoro.
 
Meskipun gema shalawat nabi berlangsung di kompleks pondok yang dipenuhi ribuan masyarakat, namun seputaran jalan jurusan Bojonegoro - Nganjuk ramai lancar. Pasalnya selain masyarakat sekitar dan syekhermania, para alumni Pesantren Abu Dzarrin juga larut dalam lantunan shalawat nabi.
 
"Shalawat bersama Habib Anis ini merupakan puncak memperingati berdirinya satu abad Pesantren Abu Dzarrin sekaligus untuk mengajak shalawatan bareng," kata Salah satu Pengasuh Pesantren Abu Dzarrin KH Najmul Ulum.
 
Menurut Gus Ulum, shalawatan ini untuk meningkatkan spiritualitas keimanan bagian dari bukti cinta pada Nabi Muhammad SAW. Sehingga tidak hanya masyarakat sekitar, shalawat bareng ini dihadiri komunitas-komunitas shalawat dari berbagai wilayah di Bojonegoro, Nganjuk, Lamongan, Blora, Tuban, dan yang lainnya.
 
Dikatakan, dengan bershalawat pastinya dapat menebarkan pesan cinta, damai, dan membuat masyarakat bahagia. "Shalawat ini untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang shalih dan salihah, serta generasi yang kuat untuk selalu mensyiarkan agama di masyarakat," tuturnya.
 
Diketahui, tanggal 25 September 1919 Masehi, Pesantren Abu Dzarrin, tepatnya di Dusun Kendal, Desa Sumbertlaseh, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, mulai dirintis dan didirikan oleh seorang ulama yang bernama KH Abu Dzarrin.
 
Bangunan yang ada mulanya hanya berupa sebuah masjid dan merupakan bangunan yang sudah tua yakni peninggalan seorang penghulu Bojonegoro yang bernama H Umar. Sementara santri yang ada baru satu atau dua dari desa setempat dan sekitarnya.
 
Namun hari Kamis tanggal 5 Juni 1958 Masehi. KH Abu dzarrin dipanggil untuk menghadap Allah SWT, (wafat) yang pada saat itu jumlah santri sekitar 300 santri yang menetap di pesantren. Sejak saat itu pengasuh dan pengelolaan  pesantren diteruskan oleh putra laki-laki beliau yang pertama yaitu KHM Dimyathi dan di bantu oleh putra keduanya yaitu KHA Muniran.
 
Sejak itu pula pesantren ini di beri nama Pesantren 'Abu Dzaarin' untuk menghormati dan mengingat jasa beliau sebagai perintis dan pendiri  pesantren.
 
Sekarang ini lembaga di bawah naungan Abu Dzarrin di antaranya pendidikan formal yakni Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Roudlatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pesantren Abu Dzarrin, dan Sekolah Menengah Kejuruan Pondok Pesantren Abu Dzarrin (SMK PPAD).
 
Sedagkan Pendidikan non formal ada Madrasah Takhasusiyah Al-Dimyatiyah (MTHA), Madrasah AL-Adnaniyah (MAN), Jamiyyah Thariqah Qadiriyah Wan Naqsabandiyah, Tahfidzul Qur'an, Majelis Ratibul Haddad, Pengajian Kitab Kuning dengan sistem sorogan / wetonan untuk para santri baik putra maupun putri.
 
Kemudian, Majelis Ta'lim (pengajian bagi kaum tua) dengan sistem kuliah, Program Excelent SMP & SMK Abu Dzarrin, dan bermacam-macam pendidikan keterampilan antara lain: pertukangan, peternakan, perpustakaan, pramuka, bengkel (montir), komputerisasi, dan lain-lain.
 
Kontributor: M Yazid
Editor: Abdul Muiz