Daerah

Sistem Zonasi Untungkan Pesantren Jika Memenuhi Kriteria Ini

Rab, 26 Juni 2019 | 04:30 WIB

Jember, NU Online
Penerapan zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019, terus memantik kontroversi. Menurut Ketua Pengurus Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jember, Jawa Timur, H Hobri Aliwafa, sistem zonasi mengadung banyak kelemahan, namun ada juga keuntungannya. Selain menggunakan ukurun jarak sebagai salah satu faktor penting sekolah dalam menerima calon murid, pemerintah juga membatasi jumlah peserta didik baru. Dalam posisi ini, sekolah swasta tentu menjadi alternatif.

“Kegagalan siswa berkualitas yang akan masuk sekolah negeri, berdampak pada kenyataan bahwa mereka akan masuk sekolah swasta,” tukasnya kepada NU Online di kantor PCNU Jember, Selasa (25/6).

Menurutnya, dengan sistem zonasi, pesantren khususnya yang punya lembaga formal tentu akan kecipratan berkahnya. Namun berkah atau keuntungan itu bisa diraih pesantren  ika memenuhi setidaknya tiga hal. Pertama, pesantren  harus meningkatkan manajemen pendidikannya berbasis ISO (International Organization for Standardization).

“Jadi peningkatan manajemen adalah suatu keharusan,” lanjutnya.

Kedua adalah pesantren harus bisa menyakinkan masyarakat terkait mutu pendidikan dan lembaga formal yang dikelolanya Hal ini tidak gampang, dan bukan sekali jadi. Sebab keyakinan dan kepercayaan masyarakat itu datang dengan sendirinya seiring dengan prestasi yang diraih.

”Prestasi harus diraih. Akhlaqul karimah dari santri dan anak didikya, perlu ditampakkan, itu salah satu yang memicu lahirnya kepercayaan masyarakat” tambahnya.

Ketiga,  pengasuh, guru dan semua perangkat pesantren harus menyatu dengan masyarakat, tidak eksklusif, apalagi sampai membikin jarak. Dengan demikian, biasanya masyarakat merasa ikut memiliki pesantren tersebut.

Dikatakan Hobri, peningkatan SDM (sumber daya manusia) pengelolanya juga penting yang dibarengi dengan peningkatan pelayanan kepada murid.

“Jika tidak ada pengingkatan apapun, jangan harap pesantren akan mendapatkan berkah dan barokah atas sistem zonasi ini, bahkan akan semakin tertinggal oleh sekolah-sekolah swasta yang dikelola lebih profesional,” ungkapnya.

Kendati demikian, dosen Pascasarjana Universitas Jember itu mengaku yakin pesantren bisa mendulang keuntungan dari sistem zonasi ini, dan luberan murid baru ke sekolah-sekolah formal di pesantren merupakan ‘keuntungan’ tersendiri bagi pembinaan generasi masa depan bangsa.

“Terus terang salah satu kelebihan pesantren ada pada pembinaan moralnya. Tapi secara profesionalitas, pesantren sudah mumpuni,” pungkasnya. (Aryudi AR).