Daerah

STAIDA Nganjuk Gelar Wisuda Perdana

NU Online  ·  Rabu, 11 Juni 2014 | 01:07 WIB

Nganjuk, NU Online
Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam (STAIDA) Krempyang Tanjunganom menggelar wisuda perdana bagi 162 mahasiswanya. Acara yang digelar Selasa (10/6) ini dihadiri wakil bupati Nganjuk KH Abdul Wahid Badrus, forpimda dan para undangan dari kepala sekolah SLTA sekitar. Juga tampak Ketua Tanfidziyah PCNU Nganjuk KH Hamam Ghozali, yang juga pengasuh Pesantren Krempyang, dan sekretaris Drs. H Hasyim Afandi, MAg.
<>
Saat memberikan sambutan, ketua PCNU Nganjuk yang akrab disapa Gus Hamam ini berharap banyak terhadap kualitas wisudawan. 

“Karena mereka inilah yang akan menjadi tanda kejayaan dan kebangkitan Islam di Nganjuk,” ujarnya.

Meski begitu, lanjutnya, para wisudawan tetap diminta hidup secara sederhana. “Jika diberi lebih, tentu akan semakin bersyukur,” katanya. Pria berkacamata ini juga berharap ke depan STAIDA semakin istiqamah untuk mengabdikan diri dalam dunia pendidikan.

Sedangkan wakil bupati Nganjuk yang biasa disapa Gus Wahid memberikan apresiasi positif atas perjalanan STAIDA. “Sebagai kampus kebanggaan warga Nganjuk, saya berharap STAIDA menunjukkan semangat kompetitifnya di tengah semakin banyaknya kampus yang mulai berdiri,” ujarnya.

Kegiatan yang dikemas secara sederhana di lapangan pondok Krempyang ini diisi dengan orasi ilmiah dari Prof Dr Ahmad Zahro, MA. Guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut memaparkan pentingnya pendidikan bagi aspek ‘irfani. “Aspek ini sampai sekarang belum digarap oleh dunia pendidikan secara optimal untuk menandingi dominasi aspek bayani yang dikembangkan dunia Barat,” ujarnya.

Akibatnya adalah saat ini sulit ditemukan sarjana yang ahli dalam ilmu masyarakat dan ilmu agama secara seimbang. “Padahal, jika kita jujur, para kiai di pesantren sudah sejak dulu melaksanakan pendidikan bagi aspek ‘irfani ini, cuma tidak dipelajari secara akademis,” imbuhnya.  

Sehingga sudah sewajarnya jika pemerintah sangat berterima kasih kepada masyarakat dalam mengelola pendidikan. Terutama dari kalangan pesantren. “Berdasar data, kampus negeri di Indonesia hanya 92 buah, sedangkan kampus swasta lebih dari 3.000 kampus,” ujarnya.

Acara ini ditutup dengan sambutan koordinator Kopertais Wilayah IV Surabaya yang diwakili Prof Dr Ali Mudhofir, MAg. Guru besar pendidikan bahasa Arab ini juga menyampaikan terima kasihnya atas usaha serius dari kalangan pesantren dalam memajukan dunia pendidikan Islam. “Baik melalui madrasah yang sudah ada selama ini hingga perguruan tinggi yang sudah berdiri di mana-mana,” pungkasnya.

Ditemui usai acara, ketua STAIDA Burhanuddin Ubaidillah Lc MA berpesan kepada para wisudawan agar gelar yang disandang akan semakin memantapkan langkah dalam berpartisipasi di tengah masyarakat. 

“Karena upacara wisuda hari ini hanya tonggak sejarah, mengingat hakikat wisuda adalah pengabdian kepada masyarakat,” ujarnya.

Sebagai sebuah perguruan tinggi, STAIDA saat ini sudah memiliki dua program studi. Yaitu manajemen pendidikan Islam atau MPI dan Ahwalul Syakhsiyah atau AS. “Keduanya tahun kemarin sudah memperoleh status terakreditasi dari BAN-PT Jakarta,” katanya.

STAIDA sudah berdiri sejak 2009. Salah satu kelebihan kampus ini adalah berlokasi di Pondok Krempyang, salah satu pesantren tertua dan terbesar di Nganjuk. “Para dosen di sini juga rata-rata masih muda, sehingga sangat membantu dalam mentransformasikan sains dan nilai yang dimiliki kepada para mahasiswa,” imbuhnya. (abu jauhar/mukafi niam)