Daerah

Talqin Jadi Materi Kuliah Terakhir Umat Islam

Sab, 10 April 2021 | 00:52 WIB

Talqin Jadi Materi Kuliah Terakhir Umat Islam

“Siapa Tuhanmu?, Siapa Nabimu? Apa agamamu? Apa qiblatmu?, Siapa saudaramu? Apa imammu?”. (Foto: NU Online/ Faizin)

Pringsewu, NU Online
Dalam Ngaji Tafsir Al-Qur’an yang diasuhnya tiap pagi, Bupati Pringsewu KH Sujadi menyebut, materi kuliah terakhir yang didapatkan dalam kehidupan umat Islam adalah Talqin. Talqin secara bahasa bermakna mengajar atau memahamkan secara lisan. Talqin merupakan kesunahan yang menjadi tradisi umat Islam di Indonesia.


Setelah jenazah dikubur, orang yang membaca talqin duduk di arah kepala makam dan orang-orang lain dari pada pengiring jenazah berdiri di sekeliling kubur. Saat itulah yang mentalqin mengajarkan beberapa pokok aqidah penting umat Islam yang akan ditanyakan oleh malaikat kepada yang telah meninggal dunia.


Di antara pertanyaan tersebut adalah: “Siapa Tuhanmu?, Siapa Nabimu? Apa agamamu? Apa qiblatmu?, Siapa saudaramu? Apa imammu?”. Isi pertanyaan ini juga sesuai dengan materi ayat terakhir Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad yakni surat Al-Maidah ayat 3 yang artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.


“Makanya, saya pesen ketika besok saya meninggal dan sudah dikubur kemudian tanahnya diratakan, siapa untuk bisa mentalqin saya. Karena itulah materi kuliah yang terakhir dan paling menjadi pondasi,” kata Alumni Pesantren Al-Asy’ariyah Kalibeber Wonosobo Jawa Tengah ini, Sabtu (10/4)


Talqin ini menurut Abah Sujadi, sapaan karibnya, akan membantu yang meninggal dunia untuk lulus dalam ujian dengan menjawab pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir. Setelah ujian ini selesai, maka Abah Sujadi mengibaratkan si mayit akan dapat beristirahat dengan tenang dan bahagia seperti tidurnya para pengantin.


Abah Sujadi juga mengingatkan pentingnya selama hidup ini untuk terus menancapkan aqidah ini kepada diri dan para generasi penerus. Hal ini dilakukan dengan meneguhkan keyakinan bahwa dimanapun dan kapanpun Tuhan kita adalah Allah SWT, Nabi kita adalah Nabi Muhammad SAW, petunjuk kita adalah Al-Qur’an, dan agama kita adalah agama Islam.


Di antara bentuk mengamalkan aqidah ini tercermin dari tradisi puji-pujian di masjid, mushala, dan masjid taklim berupa kalimat "Radhitu billahi rabba, wa bil islami dina, wabi muhammadin nabiyya wa rasula". “Siapa yang mengamalkan ini akan sekaligus menjadikannya sebagai sumpah prasetya yang akan dibawa selamanya,” tegasnya dalam kajian daring ini.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan