Daerah

Terbang Papat, Budaya Asli Kudus yang Harus Dilestarikan

Jum, 5 Mei 2017 | 07:31 WIB

Kudus, NU Online
Eksistensi seni tradisi Terbang Papat menjadi persoalan yang harus dirundingkan bersama seluruh lapisan. Pernyataan itu mengemuka dalam pentas dan diskusi Harmonisasi Bunyi yang dihelat oleh Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kabupaten Kudus (FASBuK) di Auditorium UMK pada Ahad (30/4) malam.

Pemerhati Budaya dan Jurnalis NU  Qomarul Adib yang didaulat menjadi nara sumber mengatakan eksistensi terbang papat semakin hari semakin ditinggalkan oleh generasi muda. Anggapan bahwa itu budaya kuno menjadi titik persoalan yang wajib dipikirkan bersama. 

"Jika kita lihat sekarang anak-anak muda sudah jarang sekali yang minat dengan terbang papat yang menjadi budaya asli Kudus ini," paparnya.

Menurut Adib, terbang papat merupakan budaya asli Kudus yang digagas oleh para wali dan ulama Jawa. Oleh para ulama setelahnya, budaya ini juga menjadi bagian dari perlawanan ulama kepada kolonialisme.

Dahulu, tutur Adib, ketika penjajah melarang masyarakat menjalankan ritual budaya dan keagamaannya, terbang papat ini menjadi penarik minat masyarakat. Akhirnya upaya penjajah untuk menjauhkan masyarakat dengan ritual budaya dan agamanya dapat digagalkan.

"Pada waktu itu ini menjadi strategi dakwah agar masyarakat tetap menjaga budaya mitoni, walimahan dan sejenisnya sesuai dengan aturan Islam," terang Adib.

Dalam diskusi itu ia juga mengapresiasi kepada grup terbang papat Muslihul Wildan yang masih eksis dan beranggotakan generasi muda. Mereka dinilainya sebagai pionir yang melanggengkan tradisi lokal yang bernilai ini. Dari berbagai grup di Kudus grup terbang papat dari Desa Besito Kecamatan Bae itu berhasil menjaga regenerasinya dengan baik.

Arfin Ahmad Maulana, Ketua FASBuK, berharap budaya asli Kudus ini terus dijaga dan dilestarikan. Itu juga yang menjadi salah satu tujuan diselenggarakannya kegiatan ini. Melalui FASBuK, seni dan budaya Kudus diharapkan bisa dikenal dan diminati generasi muda maupun tua.

"Dari acara ini juga diharapkan supaya generasi muda semakin mencintai budayanya sendiri," jelas Arfin.

Dalam acara ini juga ditampilkan gitaris Budi Kentos yang berkolaborasi dengan grup terbang papat Muslihul Wildan. Selain itu ia juga menampilkan lagu-lagu gubahannya kepada penonton yang hadir pada malam itu. (M.Farid/Zunus)