Daerah

Terdesak Covid-19, Kampung Tilawah Jember Ciptakan Aplikasi E-Tilawah

Sab, 13 Februari 2021 | 05:30 WIB

Terdesak Covid-19, Kampung Tilawah Jember Ciptakan Aplikasi E-Tilawah

Suasana pembelajaran di Kampung Tilawah saat masih tatap muka. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Munculnya Covid-19 telah menjadi mimpi buruk bagi masyarakat di berbagai belahan dunia. Virus asal China itu tidak hanya mengintai nyawa manusia, tapi juga mengusik perekonomian bangsa, dan bahkan membuat defisit keuangan negara.

 

Namun di balik itu, kondisi ini tak jarang membuat orang terdorong untuk lebih kreatif guna keluar dari persoalan yang mengiringi munculnya Covid-19. Inilah yang terjadi pada Kampung Tilawah, Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember Jawa Timur.


Kampung Tilawah adalah taman pendidikan Al-Qur’an, khusus untuk pecinta qira’at. Sebab, santri Kampung Tilawah itu khusus untuk belajar tilawatil qur’an. Awalnya, Kampung Tilawah bernama Rumah Tilawah. Namun karena peminatnya terus berkembang hingga menjadi empat kelas, akhirnya muncul inisiatif untuk diubah menjadi Kampung Tilawah, yang diresmikan oleh Kepala Kementerian Agama Kabupaten Jember, Muhammad tanggal 19 Oktober 2020.


“Saat masih menjadi Rumah Tilawah, fungsinya sama dengan yang sekarang (Kampung Tilawah). Yaitu sama-sama mengajarkan tilawatil qur’an,” ujar pengasuh Kampung Tilawah, Nur Kholifah kepada NU Online di kediamannya, Sabtu (13/2).


Menurut alumnus Universitas Islam Jember (UIJ) itu, munculnya virus Corona mempunyai dampak yang tidak kecil bagi santri-santri Kampung Tilawah. Sebab, pembelajaran tatap muka harus dihentikan. Meski secara fisik diliburkan, namun kegiatan pembelajaran tilawah tak boleh kosong. Untuk itu, Nur Kholifah menggantinya dengan memanfaatkan fasilitas WhatsApp (WA) agar bisa belajar jarak jauh. Namun kendalanya, tugas-tugas kelas, kurang efektif lewat WA karena pelajaran pokok tilawah berkaitan dengan suara.


“Ya, murid-murid banyak yang tidak mengerjakan tugas, ditinggalkan begitu saja,” kenangnya.


Juara dua MTQ Nasional Mahasiswa di Palembang (2007) itu terus berpikir mencari cara untuk menyiasati sikap cuek santri sebelum mereka benar-benar habis. Akhirnya muncul gagasan untuk membuat aplikasi. Nur Kholifah memang tidak ahli menciptakan aplikasi, tapi ia bisa menggunakan jasa orang lain untuk membuat aplikasi dimaksud.


“Akhirnya saya minta bantuan teman untuk membuat aplikasi. Jadilah aplaksi e-tilawah. Semua itu dikelola oleh tim admin di Kampung Tilawah,” jelasnya.


Dengan aplikasi tersebut, Nur Kholifah dan tim admin bisa lebih gampang memberikan tugas kepada santri sekaligus mengontrolnya. Sebab, jika ada santri yang belum setor tugas, maka gawai yang bersangkutan secara otomatis akan mendapatkan notifikasi terus-menerus.


“Kalau HP-nya digetarkan, HP akan terus bergetar, apalagi dibunyikan,” ungkapnya.


Saat awal-awal diperkenalkan, siapapun bisa mengunduh dan mengunjungi aplikasi e-tilawah. Namun untuk menjadi santri, harus minta persetujuan dari tim admin. Tapi untuk saat ini,  aplikasi e-tilawah hanya digunakan untuk internal Kampung Tilawah guna kepentingan kontinuitas pembelajaran.


“Namun memang ada beberapa hal yang masih sedang dibenahi agar e-tilawah benar-benar bisa berfungsi maksimal,” ungkapnya.


Adapun kelebihan menggunakan aplikasi e-tilawah dalam proses pembelajaran jarak jauh, jauh lebih nyaman dibanding sebelumnya. Kontrol tugas santri juga lebih gampang. Di samping itu, waktunya lebih luas. Dulu, sebelum pembelajaran jarak jauh, santri Kampung Tilawah hanya masuk satu kali dalam seminggu. Namun setelah menggunakan aplikasi e-tilawah, santri bisa setor tugas setiap hari dengan waktu yang lebih longgar.


“Jadi memang ada kelebihannya, walaupun tetap saja lebih mantap dengan tatap muka,” terangnya.
 

Saat ini, santri Kampung Tilawah mencapai sekitar 110 orang. Mereka terbagi dalam empat kelas, yaitu A, B, C, dan D. Untuk kelas A, khusus bagi mereka yang sudah fasih dalam membaca Al-Qur’an, tilawah juga bagus dan bisa mengajar. Jumlahnya 10 orang. Sedangkan kelas B, untuk santri yang sudah cukup bagus tilawah dan ngajinya, hanya belum bisa  mengajar. Jumlahnya 30 orang.

 

Sementara untuk kelas C diperuntukkan bagi pelajar pemula, masih beradaptasi. Jumlahnya 30 orang. Dan untuk kelas D, bagi mereka yang semuanya masih harus diperbaiki baik soal lagu (tilawah) maupun kefasihan membaca Al-Qur’an. Jumlahnya 40 orang.


“Kalau di kelas D ini istilahnya kelas seleksi, diseleksi untuk dimasukkan ke kelas mana yang pantas nantinya,” pungkasnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin