Daerah

Terjaganya Terbang Jawa Tradisional di Wonoboyo Temanggung

NU Online  ·  Selasa, 20 November 2018 | 12:30 WIB

Temanggung, NU Online
Meski sepertinya keberadaan terbang Jawa tradisional menunjukkan tanda-tanda akan punah, tapi ternyata masih ada beberapa daerah yang tetap menjaga kelestariannya. Walaupun para penggiat dan pelakunya saat ini didominasi generasi tua, tidak menyurutkan semangat mereka dalam menjaga tradisi. 

Seperti yang tampak di Masjid Darussalam Wonoboyo, Temanggung Jawa Tengah, Selasa (20/11) petang. Sekelompok orang tua tampil memainkan alat musik tradisional terbang Jawa yang memiliki kekhasan tersendiri baik pada jenis tabuhan maupun syiir lagu yang dilantunkan. 

“Grup terbang Jawa yang tampil setelah waktu Dzuhur dan akan selesai hingga jelang Maghrib tersebut dihelat untuk meramaikan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW,” kata Sabar, warga sekitar. 

Sedangkan saat pagi, di masjid yang sama sudah diadakan pengajian. “Dan malam harinya tepat 12 Rabiul awwal sudah terlaksana khataman pembacaan kitab maulid al-Barzanji,” jelasnya.

Seni terbang Jawa plus genjring yang sudah puluhan tahun berjalan di Kecamatan Wonoboyo ini mempunyai karakteristik tersendiri dibanding dengan seni rebana lainnya, seperti marawis atau hadrah semisal. 

“Instrumen musik yang dipakai sangat sederhana, hanya beberapa terbang ukuran standar dan ditambah jidur, yaitu semacam bedug yang berukuran kecil,” jelasnya. 

Tidak ada pelengkap atau peranti musik lainnya semisal bas, kecapi, apalagi orgen sebagaimana yang ada dalam seni rebana modern. “Sementara vokal suara yang mengiringi musik terbang kebanyakan adalah pujian-pujian islami berbahasa Jawa,” urainya.

Pada hari sebelumnya, yakni Ahad, (18/11) juga didapati kurang lebih 40 orang berbaris memainkan terbang. Mereka tampil dalam sebuah selapanan pengajian di Desa Kebonsari, kecamatan Wonoboyo, Temanggung, Jawa Tengah.

"Yang sedang pentas di sini merupakan gabungan beberapa grup terbang dari sekitar tujuh desa di Kecamatan Wonoboyo. Masing masing grup setidaknya terdapat sepuluh orang penerbang atau penabuh," kata Sudirman, salah satu grup yang ikut pada acara tersebut.

Meski  grup terbang Jawa ini mayoritas orang tua, tapi tidak menyurutkan semamgat mereka untuk selalu meningkatkan kualitas dalam bermain seni terbang Jawa ini. 

Menurut Sabar, ketua grup terbang Jawa Desa Wonoboyo, bahwa grup terbang Jawa se-Kecamatan Wonoboyo punya agenda berkumpul tiap selapan sekali untuk berlatih bersama. Tempatnya bergiliran dari desa yang satu ke desa lainnya.

"Kami setiap Sabtu Kliwon menggelar latihan bersama satu kecamatan. Kadang di masjid, juga di mushalla, tergantung kebijakan panitia dan tuan rumah," pungkasnya. (M Haromain/Ibnu Nawawi)