Brebes, NU Online
Tokoh agama memiliki potensi yang sangat vital dalam mencegah berbagai konflik. Banyak hal yang tidak bisa diselesaikan pemerintah, tapi bisa dilakukan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Karena mereka telah menjadi pelestari norma norma lama (tradisional) yang ampuh untuk dijadikan sebagai mekanisme kontrol dalam menghadapi perubahan.
Demikian disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Abu Hapsin pada Sarasehan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Penguatan Peran tokoh dan lembaga agama dalam menjaga kerukunan umat beragama menuju Pukjada damai, di gedung Korpri Jalan MT Haryono Brebes, (15/11/16).
Hapsin menjelaskan, penempatan tokoh agama dalam posisi sosial tertinggi pada komunitasnya telah menjadi ketetapan hampir seluruh agama. Hindu misalnya, tokoh agama dipandang sebagai brahmana sementara penguasa hanya berada pada level ksatria, satu level dibawah para tokoh agama. Di Thailand, raja memang paling disegani tetapi ketika ada dihadapan biksu, sang rajalah yang memberi hormat pada Biksu. Demikian juga di Islam, tokoh Nabi Muhammad SAW menjadi yang tertinggi, selain menjadi Nabi juga menjadi Kepala Negara.
“Posisi tokoh agama memiliki kekuatan yang potensial dalam melakukan perubahan konstrukstif maupun destruktif,” paparnya.
Hapsin mencontohkan beberapa tokoh agama yang telah melakukan perubahan, seperti Kardinal Sin telah berhasil dalam menggulingkan Presiden F Marcos. Uskup Bello berperan besar dalam memerdekan Timor Timur, Uskup Desmond Tutu telah membantu melepaskan Afrika Selatan dari cengkraman apartheid, KH Hasyim Asy Ari berhasil dalam melakukan penggalan massa dengan mengumandangkan Resolusi Jihad melawan agresi Belanda.
Untuk menjadi kondusivitas para tokoh agama, maka perlu dilakukan langkah langkah positif antara dengan mengembangkan dialog dan kerja sama, memberikan penafsiran agama yang menyejukan, mengendalikan emosi keagamaan umat beragama, tidak mengabsolutkan hasil penafsiran. “Tokoh agama juga jangan melakukan politisasi agama dan tidak berpindah habitat,” Abu Hapsin yang juga direktur Pasca Sarjana UIN Walisongo Semarang.
Plt Bupati Brebes Budi Wibowo mewanti wanti kepada peserta untuk mewaspadai kelompok anti kemapanan. Karena dalam gerakan mereka ada tujuan terselubung yang tidak kita ketahui. “Mereka selalu membikin gejolak, yang tentunya ada tujuan-tujuan tertentu yang bisa mereka curi dengan adanya pergolakan tertentu,” ujar Budi mengingatkan.
Budi berharap, masyarakat Brebes tidak terpancing dengan gerakan mereka dan berdoa semoga mendapat sinar dari Sang Khalik, sehingga selalu berada di jalan-Nya yang lurus. “Kita memang majemuk, mudah-mudahan dengan kemajemukan bisa menjadi asset yang membawa rahmat,” harapnya.
Sarasehan diikuti sekitar 300 peserta dari tokoh agama dan organisasi keagamaan di Kabupaten Brebes.Dalam kesempatan tersebut, juga dibacakan ikrar damai dari masing-masing perwakilan agama. (wasdiun/abdullah alawi)