Daerah

Ulama Lombok Ajak Diskusi Mendalam "Vasektomi"

Jum, 20 Juli 2007 | 11:55 WIB

Mataram, NU Online
Seorang ulama (Tuan Guru) di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yakni Tuan Guru Haji (TGH) Abdul Hamid Faesal mengajak, ada semacam diskusi mendalam terkait dengan kontrasepsi bagi kaum pria melalui jalan vasektomi, karena dari sisi hukum Islam tidak ada alasan yang kuat.

"Bagi kaum pria menjadi peserta Keluarga Berencana (KB) dari sisi hukum Islam terutama menggunakan cara vasektomi atau pengebirian tidak ada alasan yang kuat, karena itu persoalan itu perlu didiskusikan secara lebih mendalam oleh para ulama," ujarnya di Mataram, Jumat.;

Ulama yang juga pimpinan Pondok Pesantren Al-Amin Pejeruk, Ampenan, Kota Mataram mengatakan, sekarang pemerintah melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mulai mengalakan kembali penyuluhan KB, karena berdasarkan evaluasi minat masyarakat ber-KB mulai menurun.

Dalam hal itu sasaran KB tidak hanya kaum perempuan, tetapi juga kalangan pria harus memberikan dukungan penuh, diantaranya dengan menjadi peserta KB aktif dengan cara vasektomi.

Karena itu, katanya, untuk menghilangkan keraguan masyarakat terutama umat Islam mengenai apakah halal atau haram bagi kaum pria menggunakan vasektomi itu dari segi hukum Islam perlu dipertegas.

"Dari sisi hukum Islam belum bisa diterima secara penuh, karena mengacu dari pandangan Imam Gazali dalam kitab ’Ihya Ulumuddin’ menyebutkan pembunuhan itu ada tiga macam, yakni pembunuhan sel-sel telur yang masuk kategori pembunuhan ringan," ujarnya.

Selain itu pembunuhan sedang, adalah pembunuhan janin ketika belum bernyawa atau ketika kandungan berumur dibawah tiga bulan dan pembunuhan berat setelah janin memiliki kehidupan atau mulai bernafas.

Menurut Hamid, dari sisi manfaat dan mudharat, vasektomi bagi kaum pria lebih banyak mudharat ketimbang manfaat, karena pria yang telah vasektomi bisa dengan bebas melakukan hubungan seks tanpa khawatir terjadi kehamilan.

"Karena itu menurut pandangan saya masalah vasketomi tersebut perlu dikaji dan didiskusikan secara mendalam oleh para ulama, kalau  memang ada alasan dari sisi hukum Islam yang bisa diterima, kita yakin akan banyak kaum pria menggunakan cara tersebut," ujarnya yang juga Wakil Ketua Komisi anggota Komisi IV DPRD NTB.

Data BKKBN NTB menyebutkan, kini terjadi penurunan keberhasilan program cukup signifikan dengan adanya kecenderungan meningkatnya angka fertilitas total dari 3,82 pada tahun 1991 turun menjadi 2,87 (1994), 2,6 (1997) 2,4 (2002) dan meningkat menjadi 2,69 pada tahun 2004.

Propinsi NTB dengan kondisi geografis wilayah kepulauan memiliki jumlah penduduk 4,2 juta jiwa yang sebagian besar mendiami dua pulau besar yakni Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.

Karakteristik dua pulau besar itu cukup berbeda yakni Pulau Lombok yang luasnya hanya sepertiga luas NTB tetapi dihuni oleh dua pertiga penduduk, sebaliknya Pulau Sumbawa yang luasnya duapertiga NTB hanya dihuni sepertiga jumlah penduduk NTB.

Secara umum, animo masyarakat NTB untuk ber-KB tinggi, namun itu tidak didukung oleh pelayanan yang memadai terutama ditingkat lapangan, sehingga hal itu dikhawatirkan berdampak bagi kelanggengan program KB. (ant/din)