Daerah PEMBERDAYAAN

Warga NU Kampung Purun Ekspor Hasil Kerajinannya

Sab, 28 April 2018 | 14:00 WIB

Warga NU Kampung Purun Ekspor Hasil Kerajinannya

Kerajinan Purun untuk ekspor

Banjarbaru, NU Online
Kampung Purun merupakan salah satu destinasi wisata Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Terletak di Kelurahan Palam, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, kampung ini semula hanya menyuplai bahan baku purun ke Amuntai dan kota-kota lainnya.
 
Hal itu disampaikan oleh Camat Cempaka Adrian Nurrifai saat menerima kunjungan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalimantan Selatan Abdul Haris Azhar, Sabtu (27/4). 
 
Mereka, menurutnya, menjual bahan baku purun itu ke Amuntai dan beberapa kota lainnya hingga lima sampai tujuh truk setiap pekan. Namun, ia mengatakan bahwa walikota menginginkan bahan baku itu juga dapat dijual menjadi barang jadi.
 
Keinginan tersebut terwujud setelah beberapa kali pelatihan dilakukan di kampung yang menurut camat dihuni oleh mayoritas warga Nahdlatul Ulama itu.  56 ibu-ibu yang terbagi menjadi dua kelompok dapat menghasilkan tas, tikar, topi, kerajinan tangan lainnya.
 
"Dengan beberapa kali pelatihan, kampung purun sudah mengirim ke Malaysia dan Korea," ujarnya.
 
Sekretaris Daerah Kalimantan Selatan Abdul Haris Azhar berharap produksinya bisa lebih berkembang. Ia berencana membicarakan kerajinan itu dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian.
 
Ketua terpilih Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Selatan itu juga meminta pemerintah kota untuk terus membimbing masyarakat dan mempromosikannya.
 
Sementara itu, Ketua Kelompok Mujiyati menyampaikan bahwa penggunaan tas purun dapat mengurangi penggunaan plastik.
 
Pembuatan kerajinan Mujiyati menjelaskan, proses pembuatan kerajinan mula-mula cabut purun yang umurnya sudah tua, lalu gosokkan abu dapur supaya bersih dan awet. Kemudian, purun dikeringkan sekitar seminggu. Purun yang sudah kering diikat dan ditumbuk hingga pipih. Jika ingin memberinya warna, rebus purun dengan campuran pewarna khusus purun. Setelah itu, purun dijemur kembali sekitar satu sampai tiga hari. Purun ditumbuk lagi.
 
"Barulah bisa mulai dianyam," katanya.
 
Harapan pengrajin Mujiyati mewakili rekanannya berharap dapat bantuan mesin khusus dan juga tenaga ahlinya untuk mengajari mereka. Selama ini, kerja mereka hanya manual. Ia juga berharap agar Sekda atau pemerintah terkait dapat membantu pemasarannya. 
 
"Selama ini hanya musiman saja," ujarnya.
 
Pada kesempatan tersebut, empat orang memperagakan langsung pembuatan kerajinannya.
 
Sebagai informasi,  tanaman purun adalah sejenis rumput yang tumbuh di tanah gambut. (Syakir NF/Muiz)